LAPORAN PRAKTIKUM
EMBRIOLOGI
Oleh
Gelombang I Kelompok 5
NAMA
|
NIM
|
CYNTYA
DESFARIZA
|
1202101010021
|
ELSA
SUARNI
|
1202101010103
|
FLOREN
TINA M.G
|
1202101010137
|
HARRYANTO
ARLEN
|
1202101010056
|
MIRNA
SYAFRANI
|
1202101010156
|
NURSAIDA
NASUTION
|
1202101010030
|
REVA
DIANA YANTI
|
1202101010141
|
SYLVIA P.N KELIAT
|
1202101010036
|
Asisten
“JOHARSYAH HUTABARAT, S.KH”
LABORATORIUM EMBRIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2013
KATA PENGANTAR
Dengan
kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT,
yang melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktikum embriologi ini.
Syalawat
beriring salam, penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, selaku inspirasi dari
seluruh umat islam di dunia.
Dalam
penulisan laporan praktikum embriologi ini penulis tidak terlepas dari berbagai
hambatan, baik dalam struktur penulisan, penyampaian isi, penyusunan kalimat
dan pemakaian tanda baca, tapi berkat bantuan berbagai pihak sehingga laporan
ini dapat tersusun dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Drh. Dian Masyitha, M.Sc selaku koordinator dan dosen pembimbing mata
kuliah Embriologi.
2.
Joharsyah
Hutabarat, S.KH selaku asisten pembimbing Gelombang I Kelompok 5 pada
Laboratorium Embriologi.
3.
Seluruh rekan-rekan mahasiswa yang
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung selaku mahasiswa Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.
Penulis
menyadari sepenuhnya dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan,
baik dari penulisan serta pembahasan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran
dan kritikan yang sifatnya membangun, guna penyempurnaan laporan ini.
Banda
Aceh, 29 Maret 2013
Penulis
Gelombang I
Kelompok 5
PENGAMATAN PERKEMBANGAN
EMBRIO
AYAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Percobaan perkembangan embrio ayam, dapat
kita lihat sesuai praktikum yang diuji cobakan, yaitu dengan melihat
perkembangannya mulai zigot sampai bentuk embrio. Salah satu peristiwa
yang terjadi dalam reproduksi adalah rangkaian tahapan perkembangan janin atau embrio.
Pada tahap ini terjadi perkembangan yang signifikan dari janin. Mulai dari
awalnya hanya serupa satu sel dan kemudian terus membelah menjadi beberapa sel
dan akhirnya berbentuk organisme sempurna yang terdiri dari ribuan bahkan
jutaan sel, pola dasar perkembangan embrio aves dan embrio katak,
yaitu melalui tahapan pembelahan, blastula, gastrula, neurula dan
organogenesis.
Perkembangan embrio ayam terjadi diluar tubuh induknya.
Selama berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan dari telur berupa
kuning telur, albumen dan kerabang telur. Itulah penyebab telur unggas relatif
besar. Perkembangan embrio ayam tidak dapat seluruhnya dilihat.
Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning
telur, amnion dan alantois. Kantung kuning telur yang dindingnya dapat menghasilkan
enzim. Enzim ini mengubah isi kuning telur sehingga mudah untuk diserap embrio.
Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi
pembawa sebagai ke oksigen embrio, menyerap zat asam dari embrio, mengambil
yang sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam
alantois, serta membantu alantois, serta membantu mencerna albumen.
B. Tujuan
1.
Mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio
ayam.
2.
Mempelajari lapisan embrional yang membentuk bakal organ.
C. Manfaat
1. Dengan melakukan pengamatan
mahasiswa dapat mengetahui tahap-tahap perkembangan atau pembentuan organ pada berbagai
umur embrio ayam.
2. Dengan melakukan pengamatan
mahasiswa dapat mengetahui lapisan embrional yang membentuk bakal organ.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Awal
perkembangan embrio ayam menunjukkan bahwa splanknopleura dan somatopleura
meluap keluar dari tubuh embrio hingga di atas yolk. Daerah luar tubuh embrio
dinamakan daerah ekstra embrio. Mula-mula tubuh embrio tidak mempunyai batas
sehingga lapisan-lapisan ekstra embrio dan intra embrio saling berkelanjutan.
Dengan terbentuknya tubuh embrio, secara berurutan terbentuk lipatan-lipatan
tubuh sehingga tubuh embriohampir terpisah dari yolk. Adanya lipatan-lipatan
tubuh, maka batas antara daerah intra dan ekstra embrio menjadi semakin jelas.
Daerah
kepala embrio mengalami pelipatan yang disebut dengan lipatan kepala dan
meisahkan antara bagian intra dan ekstra embrio. Lipatan kepala membentuk sub
sephal. Pada bagian lateral tubuh juga terbentuk lipatan tubuh lateral dan
memisahkan bagian ekstra dan intra embrio. Bagian posterior mengalami pelipatan
dan dukenal dengan nama lipatan ekor membentuk kantung sub kaudal.
Lipatan-lipatan tersebut embentuk dinding saluran percernaan primitive. Bagian tengah
usus tengah yang menghadap yolk tetap terbuka dan pada daerah ini, dinding
kantung yolk berhubungan dengan dinding usus pada kantung yol. Walaupun kantung
yolk berhubungan dengan usus melalui tangkai yolk, namun makanan tidak diambil
embrio melalui tangkai yolk (Adnan, 2008).
Pembelahan
lebih sukar dan terbatas pada suatu keeping pada kutup anima, disini
berlangsung pembelahan partial atau meroblastis. Sel-sel yang membelah itu
membentuk cangkang bentuk cakram yang disebut sebagai blastodis yang merupakan
blastomer sentral yang melepasan diri dari detoplasma di bawahnya dan terbentuk
rongga sempit yang merupakan bagian pinggir, blastomer tidak jelas terpisah
dari detoplasma dan ia terus menerus e dalam detoplasma (Yatim, 1994).
Proses
morfogenetik yang disebut sebagai gastrulasi adalah pengaturan kembali sel-sel
blastula secara dramatis. Gastrula berbeda rinciannya dari satu kelompok hewan
dengan kelompok hewan yang lainnya, tetapi suatu kumpulan perubahan seluler
yang sama menggerakkan pengaturan spasial embrio ini. Mekanisme seluler yang
umum tersebut adalah perubahan-perubahan motilitas sel, perubahan dalam bentuk
sel dan perubahan dalam adhesi (penempelan) seluler ke sel lain dan ke
molekuler matriks ekstraseluler. Hasil penting dari gastrulasi adalah beberapa
sel dekat permukaa blastula berpindah ke lokasi baru yang lebih dalam. Hal ini
akan mentransformasi blastula menjadi embrio berlapis tiga yang disebut
gastrula (Campbell, 1987).
Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi
seperti air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan
untuk pertumbuhan embrio sampai menetas dan selama itu terjadi Selama
pembelahan awal seluler, terbentuk dua lapisan sel benih dimana peristiwa ini
disebut dengan gastrulasi, yang biasanya dilengkapi pada saat telur dikeluarkan
dari tubuh induk. Kedua lapisan ini adalah ektoderm dan mesoderm. Lapisan
ketiga yaitu endoderm akan terbentuk ketika telur sudah di tempatkan di dalam
incubator (Nuryati, 2005).
Pada saat telur dikeluarkan, beberapa ribu sel akan
dihasilkan dan blastodisc akan menggambarkan suatu unit yang kompleks. Setelah
telur dikeluarkan, pembelahan seluler terus berlangsung selagi temperature di
atas 75º F. Sel telur tidak akan membelah lagi bila temperatur kembali rendah,
oleh karena itu mulai saat telur ditelurkan sampai telur siap dimasukkan
kedalam incubator, pembelahan seluler akan terhambat, artinya tidak terjadi
pembelahan sel antara waktu tersebut (Arthur, 2008).
Layaknya seorang
bayi dalam perut ibunya,embrio anak ayam di dalam telur jugamengalami perkembangan yang signifikan darihari ke
hari. Embrio di dalam telur sebagaiawal mula kehidupan seekor ayam ternyata
memilikikeunikan pertumbuhan di dalamnya. Pengetahuan tentang perkembangan embrio di dalam telur perludiketahui (Anonimus, 2009).
Perkembangan
embrio ayam terjadi dalam dua media yaitu dalam tubuh induk dan diluar tubuh
induk. Perkembangan dalam tubuh induk yaitu setelah terbentuknya zygote dari
persatuan sel sperma dengan ovum, maka pertumbuhan embrio pun dimulai. Sesaat
setelah lima jam ovulasi, saat telur berkembang dalam isthmus terjadi
pembedahan sol yang pertama. Duapuluh menit kemudian disusul didaerah lain lain
dan seterusnya sehingga satu jam setelah itu pada saat telur meninggalkan isthmus, embrio sudah tersusun dari 16 sel.
Setelah empat jam di dalam uterus, jumlah sel menjadi 256 buah (Anonimus,
2009).
Perkembangan
embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama berkembang,
embrio memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur berupa kuning telur,
albumen, dankerabang telur. Itulah sebabya telur unggas selalu relatif besar.
Perkembangan embrio ayam tidak dapat seluruhnya dilihat, dengan mata telanjang,
melainkan perlu bantuan alat khusus seperti mikroskop atau kaca pembesar
(Anonimus, 2009).
KOMPOSISI FISIK TELUR
Struktur
telur
Struktur
telur secara terperinci dapat dibagi menjadi :
1.
Kerabang telur dengan permukaan agak
berbintik-bintik.
Kerabang telur merupakan pembungkus telur yang paling tebal,
bersifat keras dan kaku. Pada kerabang
terdapat pori-pori yang berfungsi untuk pertukaran gas. Pada permukaan luar kerabang terdapat lapisan
kutikula, yang merupakan pembungkus telur paling luar.
2.
Selaput kerabang luar dan dalam. Selaput kerabang dalam lebih tipis dari
selaput kerabang luar dan keduanya mempunyai ketebalan 0,01 – 0,02 mm. Pada ujung telur yang tumpul, kedua selaput
terpisah dan membentuk rongga.
3.
Albumen (putih telur) terdiri dari 4 lapisan, paling dalam lapisan
tipis dan encer atau lapisan chalaziferous (lapisan 4), lapisan ini berhubungan
langsung dengan selaput vitelina; lapisan luar yang tipis dan encer (lapisan 3)
yang mengelilingi lapisan kental (lapisa 2).
Paling luar adalah lapisan tipis dan encer (lapisan 1).
4.
Struktur keruh berserat yang terdapat pada kedua
ujung kuning telur yang disebut khalaza dan berfungsi memantapkan posisi kuning
telur.
5.
Kuning telur yang terdiri dari latebra, diskus
terminalis, cincin/lingkaran konsentris dengan warna gelap dan terang, dan
dikelilingi oleh selaput vitelina.
Yolk (kuning
telur)
Yolk menyusun 30
– 33% berat telur. Yolk berbentuk
hampir bulat, berwarna kuning sampai jingga tua dan terletak di pusat
telur. Bahan yang memberi warna yolk
adalah xanthofil, suatu pigmen carotenoid yang diturunkan dari pakan. Yolk terdiri dari latebra, germinal
disc (blastoderm = bintik pusat), lapisan konsentris terang dan gelap, vitellin
membrane (membran vitelin) yang membungkus yolk, bersifat halus, elastis dan
berkilau.
Pada telur infertil,
germinal disc tampak sebagai spot (bintik kecil) bentuk tak teratur, berwarna
pucat dan terletak pada permukaan yolk.
Tabel 8. Persentase komponen penyusun yolk
Komponen yolk Berat
(gram) Berat (%)
Keseluruhan 18,70 100,00
Air 9,10 48,70
Bahan padat
9,60 51,30
1. Bahan organik 9,40 50,20
a. protein 3,10 16,60
b. lipida 6,10 23,60
c. karbohidrat 0,20 1,00
2. Bahan anorganik 0,20 1,10
Sumber : Romanoff dan
Romanoff, 1963.
Albumen
Albumen menyusun kira-kira
60% dari berat telur total. Albumen
terdiri dari 4 fraksi : lapisan chalaziferous (lapisan kental dalam),
lapisan kental encer dalam (inner thin layer), lapisan kental luar (firm
gel-like layer) dan lapisan encer luar (outer thin layer). Albumen biasanya berwarna sedikit
kehijauan yang disebabkan oleh riboflavin (vitamin B2).
Albumen tersusun atas
sebagian besar air. Komponen utama bahan
organik dalam albumen adalah protein.
Komponen lain yaitu karbohidrat dan mineral, sedangkan lipida sangat
sedikit bahkan dapat dianggap tidak ada.
Shell Membrane (Membrane Kulit Telur)
Membrane kulit telur terdiri dari
dua lapisan, yaitu membrane kulit telur dalam dan membrane kulit telur luar
yang masing-masing tersusun oleh 2 atau 3 lapis anyaman serabut protein yang
tidak teratur. Serabut-serabut tersebut
disatukan oleh suatu bahan albuminous cementing untuk membentuk membran
tipis, kuat, melekat erat dan bersama-sama membatasi cangkang di sebelah dalam
dan melekat erat padanya. Membran dalam
lebih tipis daripada membrane luar.
Tebal keseluruhan 0,01 – 0,02 mm.
Kedua membran merupakan barisan pertahanan terhadap masuknya
mikroorganisme, tetapi ini bukan berarti tidak dapat dilewati mikroorganisme
atau gas. Hal ini disebabkan oleh adanya
pori-pori yang halus. Lewatnya gas-gas
dan cairan melalui membrane terutama terjadi karena osmose dan difusi. Menbran tampak berwarna putih seperti kapur,
tetapi ada beberapa yang agak pink (jambon) karena adanya pigmen poryphyrin
dalam jumlah yang sngat kecil.
Shell (cangkang)
Cangkang
merupakan lapisan berkapur (calcareous) yang menyusun 9 – 12 % berat telur
total. Cangkang terdiri dari bahan
organik yang berupa kerangka dari serabut-serabut yang teranyam halus dan
granula-granula serta substansi interstitial yang tersusun dari campuran
garam-garam organik. Cangkang tersusun
kira-kira 94% kalsium karbonat, 1% magnesium karbonat, 1% kalsium fosfat dan 4%
bahan organik terutama protein.
Bentuk
telur
Berdasarkan bentuknya telur
dibedakan menjadi 5 (lima) macam, yaitu :
- Biconical, adalah telur yang kedua ujungnya runcing seperti kerucut.
- Conical, adalah yang salah satu ujungnya runcing seperti kerucut.
- Elliptical, adalah bentuk telur yang menyerupai elip.
- Oval, adalah bentuk telur yang menyerupai oval, dan ini merupakan bentuk yang paling baik.
- Spherical, adalah bentuk telur yang hampir bulat
Faktor yang mempengaruhi bentuk telur yaitu :
genetik dan umur induk. Induk yang baru
mulai bertelur bentuk telur yang dihasilakn cenderung runcing, memanjang;
sedangkan induk yang semakin tua menghasilkan telur yang semakin ke arah bulat
bentuknya.
Berat
telur
Telur berdasarkan beratnya, dibagi
menjadi kelompok, yaitu :
No. Kelompok Berat per butir
(gram)
1. Jumbo Lebih dari 65
2. Extra large 60 – 65
3.
Large 55 – 60
4. Medium 50 – 55
5. Small 45 – 50
6. Peewee kurang dari
45
KOMPOSISI
KIMIA TELUR
Telur tersusun atas sebagian besar air. Bahan padat terdiri atas bahan organik yaitu
protein, lipida dan karbohidrat, sedangkan bahan anorganik tersusun atas
mineral (abu). Bagian terbesar dari isi
telur adalah air (75% dari berat telur).
Selanjutnya diikuti bahan organik, yang terdiri atas protein dan lipida,
masing-masing terdapat sekitar 12% dan karbohidrat dalam jumlah kecil, yaitu
1%. Bahan anorganik terdapat sekitar 1%
dari berat isi telur.
Tabel
9. Rata-rata komposisi kimia telur (%)
Komponen telur Protein Lipida Karbohidrat
Abu/Mineral
Albumen 9,7 – 10,6 0,03 0,4
– 0,9 0,5 – 0,6
Yolk 15,7 –
16,6 31,8 – 35,5 0,2 – 1,0 1,1
Telur utuh 12,8 – 13,4 10,5
– 11,8 0,8 – 1,0 0,8 – 1,0
Sumber :
Stadelman dan Cotterill, 1995
ü
Protein
Protein telur dikenal sebagai
protein seimbang (balanced protein) dan mengandung semua asam amino
esensial bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh manusia. Asam amino telur berada dalam keseimbangan
yang baik bagi kebutuhan protein manusia.
Perhatian penting lain dari protein telur dalam nutrisi manusia adalah
kandungan metionin yang luar biasa tingginya.
Asam amino esensial ini kurang atau dijumpai dalam jumlah yang sangat
rendah dalam serealia (Stevenson dan Miller, 1962). Dua butir telur bisa menyediakan 35 – 121
persen dari kebutuhan asam amino esensial per hari.
ü Lemak
Lemak telur mudah dicerna dan
merupakan sumber energi bagi tubuh. Telur kaya akan asam lemak esensial terutama
asam oleat. Lemaknya mengandung asam
lemak tak jenuh dengan proporsi yang tinggi.
Seluruh lemak yang terdapat dalam telur terletak dalam yolk.
ü Karbohidrat
Telur mengandung relatif sedikit
karbohidrat, terdapat kira-kira 0,5 gram dan hampir 75% karbohidrat terdapat
dalam albumen. Karbohidrat dalam telur
terdapat dalam bentuk bebas dan terkombinasi dengan protein atau lemak. Karbohidrat bebas dalam telur adalah glukosa,
sedang karbohidrat terkombinasi adalah mannosa dan galaktosa. Karbohidrat terkombinasi terdapat pada
fosfoprotein, fosfolipida dan cerebrosida dalam yolk, sedang pada albumen
terdapat dalam glikoprotein sederhjana
yang ada dalam albumen yaitu ovoconalbumin.
ü Vitamin
Telur mengandung hampir semua
vitamin yang telah teridentifikasi, kecuali vitamin C (ascorbic acid). Telur merupakan sumber vitamin A, D, B1 dan
riboflavin. Walaupun lebih dari setengah
kandungan riboflavin telur terdapat dalam putih telur, kebanyakan vitamin
lainnya terdapat dalam putih telur. Yolk
merupakan sumber vitamin A yang paling berharga karena hanya lemak susu, hati
dan telur yang mengandung vitamin ini dalam keadan pre-formednya. Yolk juga mengandung jumlah yang beragam dari
pigmen karoten kuning, yang bisa sebagian atau seluruhnya dikonversikan ke
vitamin A oleh tubuh manusia. Vitamin D
juga terdapat dalam yolk. Vitamin D
merupakan zat gizi esensial bagi absorbsi dan metabolisme kalsium dan
fosforus. Vitamin B12 merupakan vitamin
yang dipercaya hanya ada dalam pangan hewani, termasuk juga di dalam
telur. Walaupun jumlah vitamin B12 dalam
sebutir telur relatif kecil dan variabel (0,028 mg/butir), tetapi keberadaannya
memberikan faktor dalam nilai biologis yang tinggi pada protein telur. Hal ini disebabkan karena dipercayai bahwa
ada interrelationship antara vitamin B12 dan metabolisme asam
amino.
ü Mineral
Telur merupakan sumber Fe dan fosfor
yang baik. Sebagian besar Fe terdapat
dalam yolk (kuning telur). Mineral
penting lainnya yang dapat disuplai dari telur adalah Sodium (Na), Potassium,
Sulfur (S), Chlorine (Cl), magnesium (mg) dan Manganese (Mn). Mineral telur dengan mudah digunakan dalam
nutrisi manusia. Persentase mineral yang
ada mungkin tidak setinggi pangan lain, tetapi karena keberadaan itu lebih
mudah diabsorbsi saluran pencernaan, telur sebenarnya merupakan sumber yang
baik.
ü Pigmen pada telur
Substansi pigmen terdapat pada semua
bagian telur, tetapi masing-masing sifat kimianya sangat berbeda. Pigmen dalam telur paling banyak terdapat
pada yolk yaitu 0,4 mg, sedang pada albumen 0,03 mg, dan pada
bagian yang lain dari telur hanya dalam jumlah sedikit.
Yolk merupakan bagian telur
yang banyak mengandung pigmen, yaitu 0,02%.
Pigmen yolk diklasifikasikan menjadi dua yaitu lipochrome dan
liochrome. Albumen hanya
mengandung 1 pigmen dimana pigmen tersebut larut dalam air yaitu
ovoflavin. Ovoflavin dalam albumen
terdapat kira-kira 0,017 mg. Selaput
kerabang kadang-kadang terlihat berwarna agak pink (merah muda), hal ini karena
adanya pigmen porphyrin. Warna dari
kerabang telur terdiri atas merah-coklat, biru-hijau dan puith. Pigmen yang memberi warna merah-coklat pada
kerabang adalah oophorphyrin.
Oophorphyrin ini juga terdapat pada kerabang putih, tetapi pada saat
telur ditelurkan pigmen tersebut segera rusak karena kena sinar matahari,
sedang oocyan adalah pigmen pada kerabang yang berwarna biru-kehijauan.
BEBERAPA
SIFAT FISIKOKIMIAWI TELUR
Telur
merupakan suatu sistem sangat komplek yang terorganisir dengan baik. Telur terdiri dari beberapa bagian yang
sangat berbeda sifat fisis dan kimiawinya, dan hubungan spesifik tertentunya
dijaga oleh kerja dari sejumlah kekuatan yang dapat diukur.
Sistem fisikokimiawi telur tersebut
secara eksternal diatur oleh cangkang yang keras dan berpori-pori; sedangkan
secara internal, sistem terdiri dari dua fase, yolk dan albumen,
yang dipisahkan oleh membran vitelin yang semipermiabel.
ü Berat jenis
Berat jenis telur keseluruhan
dihitung dari beratnya dan berat air pada volume yang sama.
Berat
telur
Berat jenis =
Berat air pada volume sama
Berat jenis rata-rata telur ayam
segar yang bentuknya normal kira-kira 1,095.
Berat jenis telur yang bentuknya menyimpang baik memanjang, elliptical,
conical, maupun bulat sedikit lebih rendah, yaitu 1,088 sampai 1,090.
Berat jenis cangkang telur hampir
dua kali berat isi telur. Oleh karenanya
berat jenis telur keseluruhan dipengaruhi oleh jumlah proporsional atau
ketebalan cangkang.
ü pH
pH dari telur yang baru ditelurkan
kira-kira 7,6 – 7,9. Selama pnyimpanan
telur, pH albumen meningkat sampai nilai maksimum kira-kira 9,7
tergantung temperatur. Setelah 3 hari
penyimpanan telur pada suhu 3oC, pH albumen 9,18 dan setelah
21 hari penyimpanan, pH albumen mendekati 9,4 dengan tidak memandang
temperatur penyimpanan antara 3oC dan 35oC. Peningkatan pH albumen disebabkan oleh
lepasnya CO2 dari telur melalui pori-pori cangkang. pH albumen tergantung pada
keseimbangan antara CO2, ion bikarbonat, ion karbonat dan protein
yang terlarut. Konsentrasi ion
bikarbonat dan ion karbonat dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2 lingkungan
eksternal. Peningkatan konsentrasi CO2
lingkungan akan meningkatkan konsentrasi ion bikarbonat dan akan menurunkan
konsentrasi karbonat.
pH yolk telur yang baru
ditelurkan kira-kira 6,0, tetapi selama penyimpanan telur, pH secara bertahap
meningkat menjadi antara 6,4 dan 6,9.
Pada temperatur penyimpanan 2oC dan 37oC nilai pH yolk
mencapai 6,4 masing-masing dalam 50 hari dan 18 hari.
ü Daya buih albumen
Bila sebutir telur dikocok ia akan
membuih. Yolk dan albumen
jika dikocok secara terpisah juga kan membuih.
Tetapi putih telur tidak akan membuih dengan adanya lemak (knight dan
kotschevar, 1979). Jadi puith telur yang
mengandung banyak yolk tidak akan membuih dengan baik. Dalam proses
pembentukan buih, terjadi denaturasi permukaan dari protein albumen pada
antar muka cairan-udara (liquid-air), yang menghasilkan suatu lapisan tipis tak
larut air dan menyebabkan buih teguh dan stabil.
Volume albumen yang dikocok
dan stabilitas relatif buih dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, seperti
umur, temperatur dan pH albumen telur, lamanya pengocokan telur dan ada
tidaknya air, yolk, gula, garam, minyak atau substansi lainnya.
Bilamana
macam-macam lapisan albumen dikocok sendiri-sendiri, volume
masing-masing meningkat dengan besaran yang agak berbeda-beda. Jika kedua lapisan encer dicampur, albumen
kental dan encer akan menunjukkan persentase peningkatan volume yang kira-kira
sama.
Volume
albumen telur segar yang dikocok akan meningkat kira-kira 350%, sedangkan
pengocokan albumen dari telur yang disimpan selama 2 minggu pada
temperatur kamar akan meningkatkan volume 424%.
Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh peningkatan pH selama
penyimpanan.
Lamanya
pengocokan albumen berpengaruh, baik terhadap volume maupun stabilitas
buih yang dihasilkan. Makin lama
albumen dikocok, volume buih meningkat, gelembung udara dalam buih makin
kecil.
Makin tinggi pH albumen yang
dikocok, volumenya makin besar. pH di
bawah 8 dianggap sebagai saat yang tepat untuk pengocokan dengan hasil buih
yang stabil. Buih albumen tidak
dipengaruhi oleh perubahan temperatur dalam kisara 10 – 25 oC.
Penambahan air ke dalam albumen
berpengaruh terhadap bertambahnya kapasitas pembuihan lebih lanjut. Buih albumen akan berkurang dengan
penambahan yolk. Penambahan 50%
gula akan meningkatkan stabilitas buih, tetapi buih menjadi kurang stabil
apabila 2,5% NaCl (garam dapur) ditambahkan.
Albumen telur tidak dapat
dikocok hingga berbuih jika ditambah sedikit susu. Hal ini disebabkan campur tangan lemak susu
dalam pembentukan buih. Buih yang teguh
tidak diperoleh jika 4 tetes whole milk (susu penuh), atau 3 tetes cream
20% ditambahkan pada albumen, tetapi sejumlah 446 tetes susu bebas lemak
tidak menghambat pembentukan buih.
Adanya sedikit minyak berpengaruh
merugikan pada pembuihan albumen telur. Penambahan minyak menurunkan
volume buih. Penambahan bahan-bahan
kimia, basa dan garam-garam basa, seperti Ca(OH)2, NaOH, Na2SO3
pada albumen tidak mempengaruhi pembentukan buih. Tetapi asam dan garam-garam asam meningkatkan
stabilitas buih.
ü Sifat mengemulsi dari Yolk
Yolk merupakan suatu bentuk
emulsi, yolk mengandung protein yang merupakan koloid lihophilic yang
mempunyai pengaruh menstabilkan emulsi.
Diduga bahwa lecithin adalah konstituen yang menjadikan yolk
sebagai emulsifier yang efektif.
Stabilitas emulsi minyak dalam yolk
berkurang apabila terjadi penggabungan dan pembesaran secara bertahap droplet
yang terdispersi, tanpa terpisahnya lemak bebas.
ü Koagulasi Albumen dan Yolk
Pengetahuan tentang kondisi yang
bagaimana albumen menggumpal (terkoagulasi) penting dalam penyiapan
telur sebagai makanan untuk konsumsi manusia.
Baik albumen maupun yolk bisa
menggumpal tidak hanya karena panas, tetapi juga karena agent-agent yang lain,
baik kimiawi, fisis maupun mekanis. Albumen
mulai berubah ke dalam bentuk gel pada temperatur mendekati 62oC,
dan pada temperatur 65oC sudah tidak dalam bentuk cair. Pada temperatur 70oC, sudah agak
padat tetapi masih seperti jelly dan lunak, selanjutnya pda temperatur lebih
tinggi akan sangat menjadi sangat padat.
Yolk menggumpal pada
temperatur yang lebih tinggi daripada albumen. Yolk mulai memadat pada temperatur 65oC
dan berhenti dalam bentuk cair pada temperatur 70oC.
Albumen bisa digumpalkan
dengan kalium iodida, kalium thiosianat, urea, amonium thiosianat, natrium
carbonat dan formaldehyde. NaOH hanya
sedikit berpengaruh.
Agent penggumpal yang lain adalah
pengocokan mekanis, tekanan 5000 atmosfir atau lebih tanpa meningkatkan
temperatur, dan gelombang suara berfrekuensi tinggi.
MIKROBIOLOGI
TELUR
1. Kontaminasi Mikroba
Pada ayam yang sehat telur yang
masih berada dalam oviduct dapat dikatakan steril. Kontaminasi mikroba terjadi mulai pada bagian
cloaca dan setelah berada di luar tubuh induk.
Pencemaran dari feses (kotoran), udara, perkandangan, peralatan, serta
orang yang melakukan pemanenan dan penganan telur.
Pada ayam yang menderita sakit yang
dapat diturunkan melalui telur, maka pda telur tersebut telah mengandung
mikroba penyakit, contohnya adalah ayam yang menderita pullorum, tuberculosis
dan lainnya. Pencemaran mikroba ini
hanya terjadi pada bagian ovarium, sedangkan pada oviduct tidak terjadi karena
adanya lisozim dan viskositas albumen.
2. Jenis-jenis mikroba
Jenis mikroba yang sering diketemukan
dalam telur adalah termasuk golongan proteolitik (menghidrolisis protein). Bakteri yang sering ditemukan dalam telur
adalah genus Alkaligenes, Psedomonas, Seratia, Hafnia, Ctrobacter, Proteus,
Aeromonas, Plavabacterium, Bacillus, Micrococcus, Streptococcus, dan Coli.
Fungi yang sering ditemukan dalam
telur dalam telur adalah Mucor, Alternaria, Cladosporium, Penicillium,
Thamnidium, Botrytis dan Sporotricum.
Akibat dari kontaminasi mikroba
proteolitik tersebut, akan terjadi degradasi protein telur menjadi berbagai
macam pecahannya, meliputi proteosa, pepton, polipeptida, asam amino, H2,
CO2, N2, CH4, NH3, H2S, Merkaptan,
Indol, Skatol, Kadaverin, Putresin dan lainnya.
Terdapat bahan atau senyawa yang
bersifat sebagai pertahanan terhadap mikroba pada telur segar, yaitu :
- Pertahanan Fisik, meliputi kutikula, membran cangkang dan viskositas putih telur.
- Pertahanan kimiawi, yaitu adanya lisozim yang menyebabkan terjadinya lisis (pemecahan) dinding sel bakteri.
PENGUJIAN
KUALITAS TELUR
Dalam penentuan kualitas telur, ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan.
Pada dasarnya ada dua cara penentuan kualitas telur yaitu penentuan
kualitas telur secara eksterior dan penentuan secara interior.
A. Penentuan kualitas telur secara eksterior
Dalam penentuan kualitas telur
secara eksterior, beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah :
1. Bentuk telur
Untuk menentukan bentuk telur,
sebelumnya harus diketahui bentuk telur yang ideal. Hal ini dapat dibantu dengan penentuan indeks
bentuk telur (ayam) yang normal adalah 74.
Lebar telur
Indeks telur = X 100%
Panjang telur
2. Berat telur
Berat telur dikelompokkan seperti
pada Tabel di atas.
3. Keadaan kerabang
USDA Egg Grading Manual telah
membuat klasifikasi kualitas telur berdasar bentuk dan tekstur kerabang menjadi
tiga, sebagai berikut :
a.
Normal, yaitu kerabang telur
memiliki bentuk normal, termasuk tekstur dan kekuatan kerabang. Pada kerabang tidak ada bagian yang kasar,
sehingga tidak berpengaruh pada bentuk, tekstur dan kekuatan dari kerabang.
b.
Sedikit normal, yaitu pada
kerabang telur ada bagian yang bentuknya tidak/kurang beraturan. Pada kerabang ada bagian yang sedikit kasar,
tetapi tidak terdapat bercak-bercak.
c.
Abnormal, yaitu bentuk kerabang
tidak normal, tekstur kasar, terdapat bercak-bercak atau bagian yang kasar pada
kerabang.
Secara
terperinci, kualitas telur secara eksterior dibagi menjadi 4 yaitu : AA (baik sekali), A (baik), B
(sedang), C (rendah).
Kualitas
Item AA A B C
Kerabang Bersih Bersih Kotoran 1/32-1/16 Kotoran>16
Tidak pecah Tidak pecah Tidak
pecah Tidak pecah
Bentuk
telur Normal Normal Kadang
tidak Kadang tidak
normal
normal
Dalam
penentuan kualitas telur, kekuatan kerabang merupakan salah satu pertimbangan
ekonomi dalam industri. Hal ini dapat
dilakukan tebal kerabang. Tebal kerabang
minimal 0,33 mm adalah cukup baik atau dapat dikatakan telur tersebut cukup
kuat kerabangnya.
B. Penentuan kualitas telur secara interior
Penampakan
luar tidak bisa menjadi indikasi yang akurat terhadap apa yang dijumpai di
dalam cangkang. Oleh karena itu untuk
mengukur kualitas interior dilakukan dengan candling (peneropongan) dan
pemecahan telur.
1. Candling (peneropongan)
Candling yang akurat paling
baik dikerjakan di dalam ruangan gelap dengan pengaturan arah sinar lampu
melewati telur ke pemirsa.
Karakter-karakter yang diamati adalah cangkang, rongga udara, yolk,
albumen dan blastoderm. Dengan candling
memungkinkan untuk mendeteksi retak-retak pada cangkang, ukuran rongga udara,
ukuran dan mobolitas yolk, blood spot, meat spot, cacat-cacat
mikrobiologis dan germinasi (ada tidaknya perkembangan embrio).
Telur yang
bercangkang tipis, sangat berpori-pori atau retak dengan mudah terdeteksi. Dengan candling, rogga udara dapat
terlihat dengan jelas. Rongga udara
biasanya terletak di ujung telur yang tumpul (besar). Rongga udara yang besar merupakan indikasi
lamanya umur telur dan lemahnya membran kulit telur atau karena penanganan yang
kasar. Sedangkan rongga udara yang
bergerak bebas pada beberapa bagian telur adalah akibat pecahnya membran kulit
telur dalam.
Dengan candling, yolk telur
segar tidak dapat terlihat dengan jelas, tetapi yang terlihat hanya bayangannya
yang kabur (tidak jelas). Pada telur
yang kualitasnya lebih rendah, yolk tampak bergerak lebih bebas dan
bayangannya lebih gelap karena yolk terapung lebih dekat dengan
cangkang. Perbedaan dalam penampakan ini
lebih banyak disebabkan karena perubahan yolk. Albumen telur yang berkualitas baik
adalah kental dan jernih. Karena
kentalnya albumen, yolk tidak bisa bergerak bebas di dalamnya. Selama penyimpanan, albumen secara
bertahap menipis, lemah dan tampak berair sehingga memungkinkan yolk
bergerak jika telur diputar. Sebagai
akibatnya yolk mengapung dekat dengan cangkang yang tampak sebagai
bayangan gelap, oleh karenanya tampak lebih jelas dalam candling. Telur yang berkualitas tinggi harus tidak
menunjukkan adanya perkembangan embrio yang nyata. Makin besar perkembangan embrio, makin rendah
kualitas telur.
2. Dengan pemecahan
a. Kondisi albumen
Penentuan kualitas albumen dapat
ditentukan dengan indeks putih telur dan dengan nilai Haugh Unit.
Tinggi putih telur kental
Albumen indeks =
Rerata diameter putih telur kental
Pada
telur yang baru ditelurkan, nilai indeks puith telur bervariasi bervariasi
antara 0,050 dan 0,174 walaupun secara normal kisarannya 0,090 dan 0,120.
Haugh
Unit = 100 log (T + 7,57 – 1,7 B 0,37)
Dimana T adalah tinggi puith
telur kental (mm)
B adalah berat telur utuh (gram)
b. Kondisi yolk
Karakteristik yang menentukan
kualitas yolk adalah warna dari yolk, bentuk yolk dan
kekuatan selaput yang membungkus yolk.
Untuk menentukan warna dari yolk, dapat diukur dengan menggunakan
standar warna kuning telur dari Roche yang memiliki 15 seri warna dari yolk. Pengukuran warna kuning telur ini perlu
dilakukan untuk menunjukkan pigmentasi pada yolk. Bentuk yolk dinyatakan dengan
perbandingan antara tinggi dan lebar yolk yang dinyatakan dengan indeks yolk. Indeks yolk yang baik berkisar antara
0,42 sampai 0,40. Kemampuan yolk
untuk tetap utuh selama pemecahan telur menunjukkan fungsi kekuatan selaput
vitelina.
Tinggi
kuning telur
Yolk Indeks =
Diameter kuning telur
Menurut
anonim (2008), berdasarkan jumlah lapisan embrional, hewan dikelompokkan
menjadi:
1.
Hewan diploblastik
Memilki 2 lapisan embrional, ectoderm dan endoderm.
2.
Hewan triploblastik
Memilki tiga lapisan embrional yakni:
a.
Triploblastik aselomata : tak memilki rongga tubuh.
b.
Triploblastik pseudoselomata : memilki rongga tubuh yang semu.
c.
Triploblastik selomata : memiliki rongga tubuh yang
sesungguhnya, yaitu basil pelipatan mesoderm
Blastulasi
pada ayam termasuk blastula yang berbentuk pipih atau cakram (diskoblastik)
yang mempunyai bagian-bagian sebagai berikut: periblas hipoblas dan juga
sentoblas. Gastrulasi pada ayam merupaan proses dari pembentukan stria primitif
yang terdiri dari alur dan pematang primitif berupa garis dilinea mediana,
Stria primitif berbentuk sempurna pada inkubasi telur 18 jam (Sugiyanto, 1996).
Tahap
neurula ayam nirip dengan embrio katak yaitu melalui tahap keeping neural,
lipatan neural, dan bumbung neural. Organogenesis merupakan proses lanjut
setelah terbentuk neurula. Proses ini meliputi pembentukan bakal organ dari
lapisan ectoderm, mesoderm dan endoderm. Perkembangan embio ayam pada berbagai
umur inkubasi merupakan media yang jelas untuk memperlihatkan organogemesis
(Tim Dosen UNM, 2008)
BAB III
METODE PERCOBAAN
1.1
Alat dan Bahan
1.
Incubator
2.
Scalpel
3.
Bak Alumunium
4.
Pinset
5.
Cawan Petri
6.
Telur ayam yang sudah dieramkan
dalam incubator
1.2
Cara Kerja
1.
Sediakan telur ayam kampung yang
akan ditetaskan secukupnya, guna melihat perbedaan diantaranya. Dimasukkan
kedalam incubator /mesin tetas dengan suhu mulai hari 1-19/21 adalah
102°F-105°F.
2.
Pada waktu pengamatan, telur
diambil 1 sampai 3 butir untuk memudahkan dalam pengamatan embrio biar tidak
berdesakan dengan teman-teman dan lebih efisien.
3.
Telur yang akan diamati,
dipecahkan dengan scalpel dan dituangkan isinya kedalam cawan Petri.kemudian
amati perubahan yang terjadi pada telur tersebut.
4.
Pada hari selanjutnya tentukan
apa-apa saja perubahan atau pembentukan telur tersebut mulai hari pertama
sampai menetas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi
seperti air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan
untuk pertumbuhan embrio sampai menetas. Selama pembelahan awal seluler,
terbentuk dua lapisan sel benih dimana peristiwa ini disebut dengan gastrulasi,
yang biasanya dilengkapi pada saat telur dikeluarkan dari tubuh induk. Kedua
lapisan ini adalah ektoderm dan mesoderm. Lapisan ketiga yaitu endoderm akan
terbentuk ketika telur sudah di tempatkan di dalam incubator.
Fertilitas adalah persentase telur yang fertil dari
sejumlah telur yang ditetaskan.Telur fertil ialah telur yang dibuahi/telur
hasil perkawinan antara jantan dan sel betina. Ada beberapa factor yang
mempengaruhi fertilitas yaitu: pengaturan suhu, pengaturan kelembaban,
pembalikan telur, periode kritis dan candling. Rongga udara memberi identitas
lamanya telur disimpan,rongga udara yang diperlukan adalah rongga udara yang
tingginya kurang dari 1 cm.
Embrio yang sedang tumbuh didalam tubuh membutuhkan
temperature yang optimum selama penetasan. Gejolak temperature yang terlalu
eksterm akan menyebabkan kematian embrio. Adapun temperature yang optimum untuk
telur tetas tidak sama pada semua telur, tetapi tergantung pada besarnya telur,
kualitas kerabang, genetic, umur telur ketika dimasukkan kedalam rak mesin
tetas/incubator. Komponen-komponen terpenting
dari udara adalah O2, N, CO2 dan uap air, lalu
lintas udara ini dilakukan melalui pori-pori pada kerabang untuk pernapasan
embrio berupa O2 dan pembuangan gas CO2 dari hasil
pembakaran embrio. O2 ini sangat penting untuk keberlangsungan hidup
embrio, bila jumlah O2 dalam ruang incubator berkurang maka kematian
embrio sudah diambang pintu. Kebutuhan O2 ini diambil oleh mesin
pipa-pipa ventilasi. Semakin besar embrio maka akan semakin banyak udara yang
dibutuhkandan ventilasi semakin penting.
Pada saat telur dikeluarkan, beberapa ribu sel akan
dihasilkan dan blastodisc akan menggambarkan suatu unit yang kompleks. Setelah
telur dikeluarkan, pembelahan seluler terus berlangsung selagi temperature di
atas 75º F. Sel telur tidak akan membelah lagi bila temperatur kembali rendah,
oleh karena itu mulai saat telur ditelurkan sampai telur siap dimasukkan
kedalam incubator, pembelahan seluler akan terhambat, artinya tidak terjadi
pembelahan sel antara waktu tersebut.
a.
Hari Pertama
Bentuk awal embrio pada hari pertama belum terlihat jelas,
sel benih berkembang menjadi bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya gelap,
sedangkan bagian tengahnya agak terang. Bagian tengah ini merupakan sel benih
betina yang sudah dibuahi yang dinamakan zygot blastoderm. Setelah lebih kurang
15 menit setelah pembuahan, mulailah terjadi pembiakan sel-sel bagian awal
perkembangan embrio. Jadi didalam tubuh induk sudah terjadi perkembangan
embrio.
Pada hari pertama pengamata hanya terlihat 3 bagian dari
telur ayam yakni,Peta takdir,area ovaca,dan zona vasikulata.Peta takdir
merupakan cikal bakal dari pembentukan jantung,sementara area ovaca merupakan
tahap awal pembentukan organ tubuh,dan zona vasikullata merupakan pembentuk
pembuluh darah bagi embrio.perhatikan,
b.
Hari Kedua
Bentuk awal embrio hari kedua mulai terlihat jelas. Pada
umur ini sudah terlihat primitive streake – suatu bentuk memanjang dari
pusat blastoderm – yang kelak akan berkembang menjadi embrio. Pada blastoderm
terdapat garis-garis warna merah yang merupakan petunjuk mulainya sistem
sirkulasi darah.
Pada hari kedua mulai terbentuk jantung, hati dan pembuluh
darah mulai berkembang. Sedang memulai dimana letak telinga, pembuluh saraf
columna vertebrae. Saat ini adalah saat yang kritis dari kehidupan embrio,
sebab saat itu jantung mulai berdetak. Peredaran darah dimulai, dengan kerja
sama antara kantung darah dengan kantung selaput kuning telur.
c.
Hari Ketiga
Pada jantung hari ketiga ini, sudah mulai terbentuk
dan berdenyut serta bentuk embrio sudah mulai tampak. Dengan menggunakan alat
khusus seperti mikroskop gelembung dapat dilihat gelembung bening,
kantung amnion, dan awal perkembangan alantois. Gelembung-gelembung bening
tersebut nantinya akan menjadi otak. Sementara kantong amnion yang berisi
cairan warna putih berfungsi melindungi embrio dari goncangan dan membuat
embrio bergerak bebas.
Pada hari ketiga ini bentuk jantung tergambar, kaki mulai
terbentuk dan dikembangkan, terbentuk sayap, embrio mulai berputar, dengan mata
tampak pembuluh darah, organ tubuh lengkap,terbentuk lidah, adanya selaput
amnion, ada cairan corio alantois, umbilicalis fungsinya menyalurkan makanan ke
embrio atau memfiksir embrio.
d.
Hari Keempat
Di hari ini, mata sudah mulai kelihatan. Mata tersebut
tampak sebagai bintik gelap yang terletak disebelah kanan jantung. Selain itu
jantung sudah membesar. Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat otaknya.
Otak ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah dan otak
belakang.
e.
Hari Kelima
Hari kelima ini embrionya sudah tampak jelas. Kuncup-kuncup
anggota badan sudah mulai terbentuk. Ekor dan kepala sudah berdekatan sehingga
tampak seperti huruf C. Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan. Embrio
sudah terletak didalam amnion dan pembuluh sudah semakin banyak dari pada hari
sebelumnya. Selain itu telah terdapat pula optic fecicel, prosencephalon,
metencephalon, rombencephalon, dan umbilicalis.
Pada hari kelima ini, embrionya sudah mulai tampak lebih
jelas. Kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Dengan menggunakan
mikroskop, dapat dilihat bahwa telah terjadi perkembangan alat reproduksi dan
sudah terbentuk jenis kelaminnya. Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan
f.
Hari Keenam
Pada hari keenam
ini kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Mata sudah tampak
menonjol. Dengan mikroskop dapat dilihat bahwa rongga dada sudah mulai
berkembang dan jantung sudah membesar. Selain itu, dapat dilihat otak, amnion
dan alantois, kantong kuning telur, seta paruhnya.
g.
Hari Ketujuh
Hari ketujuh hampir sama dengan hari keenam hanya kuncup-kuncup
anggota badan sudah telah agak terbentuk. Mata sudah tampak menonjol. Dengan
mikroskop dapat dilihat bahwa rongga dada sudah mulai berkembang dan jantung
sudah membesar. Selain itu, dapat dilihat otak, amnion dan alantois, kantong
kuning telur, seta paruhnya.
h.
Hari Kesembilan
Pembentukan tulang pertama kali terjadi peda embrio berumur
9 hari,selain itu juga terjadi pembentukan organ yang sudah Nampak sebelumnya.
i.
Hari Kesepuluh
Lubang hidung masih sempit.
Terjadi pertumbuhan kelopakmata, perluasan bagian distal anggota badan. Membran
viteline mengelilingi kuning telur
dengan sempurna. Folikel bulu mulai menutup bagian
bawah anggota badan. Patuk paruh mulainampak.
j.
Hari Kesebelas
Lubang palpebral memiliki
bentuk elips yang cenderung menjadiencer. Alantois mencapai ukuran maksimal,
sedangkan vitellus makin menyusut.
Embrio sudah nampak seperti anak ayam.
k.
Hari Keduabelas
Folikel bulu mengelilingi
bagian luar indera pendengar meatusdan menutupi kelopak mata bagian atas.
Kelopak mata bagian bawah menutupi 2/3
atau bahkan ¼ bagian kornea.
l.
Hari Ketigabelas
Alantois menyusut menjadi membran Chorioalantois. Kuku dan kali mulai nampak jelas.
m.
Hari Keempatbelas
Kepala sudah mengarah ke sayap sebelah kanan,karna
mendekati rongga udara. Dan amnion sudah mulai berkurang.
n.
Hari Keenambelas
Pembuluh
darah masuk ke dalam tubuh,dan amnion sudah habis.
o.
Hari Ketujuhbelas
Ginjal
sudah mulai memproduksi uretras,dan paruh mengarah ke rongga udara.
p. Hari kedelapanbelas
Vitelin
mulai masuk ke dalam tubuh.
q. Hari Kesembilanbelas
Vitelin
semakin masuk ke dalam tubuh,sehingga warna tubuh berubah menjadi hitam, mulai
bernapas dengan paru-paru, dan kerabang mulai rapuh.
r. Hari Keduapuluh
Vitelin
telah habis dan embrio sudah memenuhi seluruh ruang dalam kerabang.
Amnion merupakan kantong yang membantu embrio muda selama
perkembangannya, dimana kantung ini dipenuhi suatu cairan yang transparan dan
bersifat mukoid, dihasilkan oleh dinding amnion dan kulit tubuh embrio.
Menjelang kelahiran cairan ini ditelan oleh foetus kembali. Pada ayam berfungsi
untuk mencegah embrio kering, meniadakan goncangan, keleluasaan embrio
berubah-ubah sikap, dan menyerap albumin.
Chorion merupakan selaput perpaduan antara selaput bagian
dalam kerabang telur dengan alantois. Chorion berasal dari sebelah luar zona
amniotic. Pada proses pembentukan plasenta merupakan bagian dari foetus. Bersama-sama dengan alantois
membentuk selaput choriallantois. Chorion kaya akan pembuluh darah yang
berfungsi menyempurnakan fungsi metabolic. Alantois merupakan selaput yang
membantu system sirkulasi dan apabila telah berkembang sempurna ia akan
mengelilingi embrio.
BAB V
PENUTUP
Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan :
1.
Penetasan adalah suatu proses
untuk memperoleh bibit.Karena dengan adanya penetasan menggunakan mesin tetas
akan lebih banyak diperoleh di bandingkan dierami induknya.Mungkin jika dierami
oleh induknya lebih kurang 12 butir,sedangkan dengan menggunakan mesin tetas
bisa memuat sebanyak 50 butir ( menurut ukuran mesin tetas tersebut ).
2.
Tahap perkembangan embrio pada
ayam terdiri atas 2 fase yaitu
a.
Fase perkembangan awal, dalam
tubuh induk
b.
Perkembangan selama masa
pengeraman diluar tubuh induk
3.
Perkembangan embrio pada hari
kedua pengeraman, pertumbuhannya meliputi tahap-tahap berikut:
a.
Morulasi
b.
Blastulasi
c.
Gastrulasi
4.
Ketentuan bagi sebutir telur untuk
ditetaskan adalah:
a.
Telur yang dihasil kan oleh betina
yang telah dibuahi.
b.
Permukaan kulit telur licin dan
rata
c.
Kerabang telur tidak terlalu tebal
dan tipis
5.
Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan waktu penetasan adalah sebagai berikut:
a.
Nisbah kelamin
b.
Temperatur selama penetasan
c.
Kelembaban selama penetasan
d.
Penyediaan udara selama penetasan
e.
Posisi telur pada rak telur
penetasan
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku
Campbell. 1987. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Sugiyanto. 1996. Perkembangan Hewan. Fakulatas Biologi UGM: Yokyakarta.
Tim Dosen UNM, 2008. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan.
Universitas Negeri Makasar.
Bradley
M, Patten.(1950). Early Embriology of The
Thich. McGraw-Hill Book Company,
New York.
Nuryati,
M.P Ir.Tuti, Ir.Sutarto, Muh.Khamim, dkk.(2005).Sukses Menetaskan Telur, Penebar . S wadaya,
Bogor.
Suprijatnah,
Dr. Enjeng, Prof. Dr. Ruhyat Kartasudjana.(2006). Unggas. Penebar Swadaya, Bogor.
Ham, Arthur Worth.(1957).HISTOLOY.J.B. Lippincott Company: USA
Kimball, john W.(1983). BIOLOGI edisi ke-5 jilid 2. Penerbit
Erlangga : Jakarta
Adaningrum, Dewi. 2010. Embriologi Ayam. Tarsito: Bandung.
Luis Carlos Junquiera, Jose Carneiro. HISTOLOGI DASAR:
Text&Atlas. EGC;2007
Fried, G. 2002. Biologi
Edisi ke II . Erlangga : Jakarta.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata.
Sinar Wijaya : Surabaya.
Ph.D., Seeley Road R, Trent D. Stephens Ph.D.,
dkk. (1995). Anatomy & Physiology. Mosby:USA
Wildan Yatim.(1982).Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung
Yuhara
Sukra.(1975).Pengantar Kuliah Embriologi
I. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi
IPB, . Bogor.
Yatim. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito : Bandung
Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Referensi Internet
Anonim.2007.
Veterienr Reproduksi. (online), http://www.137.222.110.150/calnet/vetrep7/ . page2.htm. Diakses Minggu 21 April 2013
Anonim. 2008. Pertumbuhan pada Hewan.
(online), http://www. Praweda.co.id.
Diakses Minggu 21 April 2013.
Pangan,
Cipta. 2007. Medula. (online), http://www.ciptapangan.com/files/downloadsmodule
/@random4413d85938188/1185953410_buletin_maret_2007.pdf.
Diakses Minggu 21 April 2013
Referensi Jurnal
Pauline
Destinugrainy KASI, Sumaryono. 2006. Keragaman morfologi selama perkembangan
embrio. Jurnal Menara Perkebunan. Volume 1 Halaman 44-52
Suhaemi, Zasmeli.
2008. JURNAL EMBRIO. Volume 1 No 2 Halaman 50-107
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking