PRAKTIKUM EMBRIOLOGI GELOMBANG I KELOMPOK 5.... Selalu Mencoba Apa yang Bisa di Coba

PRAKTIKUM EMBRIOLOGI GELOMBANG I KELOMPOK 5.... Selalu Mencoba Apa yang Bisa di Coba
Belajar itu dunia kami....

Maandag 27 Mei 2013

LAPORAN PRAKTIKUM IV "PENGUKURAN DAN PERKEMBANGAN FOETUS"

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI

Gelombang I
Kelompok V




LABORATORIUM EMBRIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2013



LAPORAN PRAKTIKUM
EMBRIOLOGI
Oleh
Gelombang I Kelompok 5

NAMA
NIM
CYNTYA DESFARIZA
1202101010021
ELSA SUARNI
1202101010103
FLOREN TINA M.G
1202101010137
HARRYANTO ARLEN
1202101010056
MIRNA SYAFRANI
1202101010156
NURSAIDA NASUTION
1202101010030
REVA DIANA YANTI
1202101010141
SYLVIA P.N KELIAT
1202101010036

Asisten “JOHARSYAH HUTABARAT, S.KH





LABORATORIUM EMBRIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2013



KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT, yang melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum embriologi ini.
Syalawat beriring salam, penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, selaku inspirasi dari seluruh umat islam di dunia.
Dalam penulisan laporan praktikum embriologi ini penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan, baik dalam struktur penulisan, penyampaian isi, penyusunan kalimat dan pemakaian tanda baca, tapi berkat bantuan berbagai pihak sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.      Drh. Dian Masyitha, M.Sc selaku koordinator dan dosen pembimbing mata kuliah Embriologi.
2.      Joharsyah Hutabarat, S.KH selaku asisten pembimbing Gelombang I Kelompok 5 pada Laboratorium Embriologi.
3.      Seluruh rekan-rekan mahasiswa yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung selaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan, baik dari penulisan serta pembahasan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun, guna penyempurnaan laporan ini.
                                    Banda Aceh, 29 Maret 2013
                                                                        Penulis

                                                          Gelombang I Kelompok 5


DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI  ...............................................................................................     4
CARA MENGUKUR PANJANG FOETUS ............................................       5
BAB I  PENDAHULUAN                                                                                  
A.      Latar Belakang ............................................................................      6
B.       Tujuan  .........................................................................................     7
C.       Manfaat ........................................................................................     7
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA 
BAB III  METODE PERCOBAAN 
A.    Alat dan Bahan  ...........................................................................        14
B.     Cara Kerja   ..............................................................................         14
BAB IV  HASIL DAN PEMBAHASAN 
a.       Hasil  ...........................................................................................         15
b.      Pembahasan  ...............................................................................         18
BAB V  PENUTUP 
DAFTAR PUSTAKA 



CARA MENGUKUR PANJANG FOETUS



LABORATORIUM EMBRIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2013




















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan individu baru selama kebuntingan merupakan hasil dari perbanyakan jumlah sel, pertumbuhan, perubahan susunan serta fungsi sel. Peristiwa tadi mempengaruhi perubahan-perubahan tertentu, beberapa di antaranya merupakan ciri dari tahap perkembangannya. Meskipun perkembangan anak dalam kandungan berlangsung terus menerus, namun  kebuntingan kadang-kadang dinyatakan terdiri dari 3 tahap yaitu periode ovum, periode embrio dan periode fetus.
Embrio dan foetus berkembang mengikuti suatu pola tertentu. Pada awalnya, jumlah sel meningkat diikuti oleh diferensiasi dan perkembangan berbagai system organ. Pada berbagai ternak memiliki perkiraan umur yang berbeda-beda.
Berdasarkan  uraian diatas, sebagai mahasiswa kedokteran hewan sangat perlu dilakukan untuk memahami metode pengukuran umur foetus dan sebagainya. Dalam laporan ini akan dibahas mengenai foetus, fase foetus dan metode pengukuran umur foetus.
Foetus adalah mamalia yang berkembang setelah fase embrio dan sebelum kelahiran. Dalam bahasa Latin, fetus secara harfiah dapat diartikan "berisi bibit muda, mengandung". Pada manusia, janin berkembang pada akhir minggu kedelapan kehamilan, sewaktu struktur utama dan sistem organ terbentuk, hingga kelahiran.
Ada dua cara untuk mengukur panjang foetus, yaitu :
·           Curved Crown Rump
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk garis curva forehead. Cara ini tidak lazim dipakai.


·           Straight Crown Rump
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor berbentuk garis lurus sampai forehead. Cara inilah yang sering digunakan.
B.     Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk, :
1.      Mengetahui panjang foetus pada masa kandungan.
2.      Mengetahui berat foetus pada masa kandungan.
3.      Mengetahui umur foetus pada masa kandungan.

C.    Manfaat
Agar mahasiswa mengetahui rasio ukuran foetus dan berat foetus berdasarkan usia kebuntingan, dan umur cara mengetahui umur foetus.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kebuntingan berarti keadaan dimana anak sedang berkembang di dalam uterus seekor hewan betina. Suatu interval waktu, yang disebut periode kebuntingan (gestasi), dimulai dari saat pembuahan (fertilisasi) ovum, sampai lahirnya anak. Hal ini mencakup fertilisasi, atau persatuan antara ovum dan sperma; nidasi atau implantasi, atau perkembangan membran fetus; dan berlanjut ke pertumbuhan fetus (Frandson, 1992).
 Menurut Roberts (1956) yang dimaksud periode ovum adalah periode yang dimulai dari fertilisasi sampai implantasi, sedang periode embrio dimulai dari implantasi sampai saat dimulainya pembentukan alat-alat tubuh bagian dalam. Periode ini disambung oleh periode fetus. Jadi periode fetus adalah periode yang terakhir; dimulai dari terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam, terbentuknya ekstremitas, sampai lahir. Menurut Hafez (1974), pembagian ini agak sedikit berlainan. Yang dimaksud periode ovum adalah ovum yang diovulasikan sampai terjadinya fertilisasi. Dari sejak fertilisasi, implantasi sampai terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam disebut periode embrio; selanjutnya periode fetus. Seluruh penghidupan makhluk baru dalam uterus disebut periode embrio (Partodihardjo, 1982).
Menurut Salisbury (1985), perbedaan bentuk dan perubahan-perubahan yang terjadi pada anak sapi dalam kandungan pada periode foetus sampai lahir dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

Fetus (46-280 hari)
46-54
Bila diperbandingkan ukuran hati mengecil, bagian-bagian lain memanjang
60
Kelopak mata menutup
70
Pengerasan tulang-tulang
90
Timbul kelenjar rambut-rambut
100
Celah tanduk nampak
110
Mulai tumbuh gigi
150
Tumbuh rambut sekitar mata dan hidung
180
Pengerasan tulang menyeluruh
230
Tumbuh rambut sekujur tubuh
280
Lahir

Faktor-faktor foetal adalah suatu hubungan terbalik antara lama kebuntingan dan besar “litter” banyak dilaporkan pada beberapa spesies kecuali pada babi. Fetus yang banyak pada jenis hewan monotokus juga mempunyai masa kebuntingan yang lebih singkat. Anak sapi kembar berada dalam kandungan 3-6 hari kurang dari anak sapi tunggal. Faktor lingkungan, perpanjangan masa kebuntingan  pada kuda sesudah perkawinan di musim dingin dinyatakan disebabkan oleh penundaan implantasi. Akan tetapi, perbedaan musim tidak mempengaruhi masa kebuntingan pada sapi perah.
Kelenjar hormon yang terlibat dalam fase kebuntingan: corpus luteum, plasenta, folikel, hipotalamus dan hipofisa. Kelenjar endokrin yang lain, misalnya thyroid, adrenal dan sebagainya merupakan kelenjar endokrin yang menunjang ke lima kelenjar endokrin yang disebutkan terlebih dahulu. Dari ke lima kelenjar endokrin yang disebut ini, kelenjar hipotalamus dan kelenjar hipofisa merupakan kelenjar pengatur, sedang yang memegang peran utama adalah korpus luteum sebagai penghasil progesteron, plasenta sebagai penghasil progesteron dan estrogen dan folikel sebagai penghasil estrogen. Peranan folikel sebagai penghasil estrogen pada waktu hewan betina dalam keadaan bunting hanya jelas pada kuda, sedangkan pada spesies lain folikel tidak tumbuh atau hanya sekali-kali dijumpai pada sapi (Partodihardjo, 1982).
Plasenta adalah suatu tenunan yang tumbuh dari embrio dan induknya,dan terjadi saat proses pertumbuhaan embrio yang diperlukan untuk menyalurkan zat makanan dari induk kepada anak,sisa makanan akan dikeluarkan ke induk.  Amnion  adalah selaput yang menylubungi fetus bagian paling dalam, chorion adalah selaput yang menyelubungi fetus bagian paling luar, alllantois adalah selaput antaraamnion dan chorion. Amnion berfungsi sebagai pelindung embrio/fetus menjadi kering, mencegah perlekatan embrio atau foetus terhadap selaput lain, dan sarana pengangkut zat makanan dan oksigen ke foetus. Alantois berfungsi sebagai kantung air kencing ekstra emrional dan sarana penampung sisa hasil metabolisme. Bentuk plasenta induk adalah endometrium uterus yang dikenal dengan Korunkula, dan bagian plasenta foetus adalah chorioallantois dikenal dengan kotiledon. (Sumaryadi, 2003)
Fetus tumbuh di bagian uterus. Nalbandov (1975), menyatakan bahwa uterus biasanya memiliki dua buah tanduk dan sebuah tubuh. Seluruh organ tersebut melekat pada dinding pinggul dan dinding perut dengan perantaraan ligamen uterus yang lebar (ligamentum lata uteri). Melalui ligamen inilah uterus menerima suplai darah dan saraf. Lapisan luar ligamentum lata uteri membentuk ligamen uterus yang melingkar (ligamentum teres uteri).  Menurut Frandson tahun 1992, uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri  dari corpus (badan), serviks (leher), dan dua tanduk atau kornua. Proporsi relatif dari tiap-tiap bagian itu bervariasi tergantung spesies, seperti juga halnya bentuk maupun susunan tanduk-tanduk tersebut. Corpus (badan) uterus ukurannya paling besar daripada kuda, lebih kecil pada domba dan sapi, dan pada babi serta anjing, kecil saja. secara superfisial, pada uterus sapi tampak relatif lebih besar dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya, karena bagian kaudal dan tanduk tergabung dengan ligamen interkornual. (Toelihere, 1981)
Hereditas. Ukuran foetus secara genetic ditentukan oleh komplemen gene-nya sendiri, komplemen gene induk dan kompetisi intrauterine dengan foetus lain. Kontribusi genetic maternal dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi paternal ; pada kenyataannya, telah diperkirakan bahwa 50-75 % variabilitas dalam berat lahir ditentukan oleh factor-faktor maternal.
Fase foetus ditentukan mulai dari terbentuknya organogenesis dan terbentuknya anggota gerak (ekstremitas) sampai foetus lahir. Tingkat perkembangan foetus saat ini telah dapat mengekstraksi zat-zat makanan dari sistem sirkulasi induk dengan perantara plasenta.
Estimasi umur foetus dalam hari = 2,5 x (CRL cm + 21) atau
Estimasi umur foetus dalam bulan = √2xCRL inches
Penentuan umur fetus bisa dilakukan dengan metode CRL (Crown Length Rump). Menurut Toelihere (1985), gambar fetus sebagai berikut:

Keterangan : BCVRT = panjang keseluruhan fetus
                        C-R     = kepala- pangkal ekor
                        CVR    = curva kepala-pangkal ekor
                        VR      = panjang columna vertebralis
                        VRT    = panjang columna vertebralis dan ekor

Perkiraan umur fetus menurut metode pengukuran CRL
Sapi
Domba
No
Panjang C-R (cm)
Umur Fetus (bulan)
Panjang C-R (cm)
Umur Fetus
1
0,9
1
1
3 minggu
2
6-8
2
2
5 minggu
3
14-17
3
3
6 minggu
4
20
3,5
8
2 bulan
5
26
4
16
3 bulan
6
30
4,5
25
4 bulan
7
30-37
5
40-53
5 bulan
8
45
6
-
-
9
60
7
-
-
10
70-75
8
-
-
11
80-100
9
-
-

Pada kuda sebagian besar tubuh foetus terdapat di dalam korpus uteri, sedangkan pada sapi di koruna uteri. Walaupun demikian foetu kuda beradaa pada kedudukan yang sama pada foetus sapi. Pada babi pengeluaran foetus secara individual dari kedua koruna uteri berlangsung teratur dan dimulai pada bagian dekat cerviks.
Kriteria utama untuk menentukan umur foetus adalah waktu kopulasi dan ovulasi atau berat dan panjang foetus, suatu pengukuran diambil dari ujung hidung sampai kor melalui punggung pada suatu daratan sagital. Panjang kaki atau kepala dipakai dalam penentuan umur foetus sapi . semua metode ini dapat bervariasi karena waktu ovulasi yang tepat tidak dapat ditentukan, sedangkan pengukuran berat dan panjang foetus tergantung pada bagian bangsa,  strain, umur induk, ukuran litter dan musim kelahiran.(Salisbury,1985)
Suatu metode ideal untuk menentukan umur foetus hendaknya berpatokan pada diferensiasi dan perkembangan. Akan tetapi informasi ini tidak tersedia untuk ternak mamalia. (Salisbury 1985)
Untuk pemeriksaan umur foetus sa di rumah-rumah potong setelah induknya disembelih sering dan perlu dilakukan perkiraan umur masa kebuntingan dengan cara visual atau pengamatan.
Perkembangan teknologi masa kini telah menghadirkan alat-alat yang dapat mempermudah dalam menegakkan suatu diagnosa, antaral ain Roentgenografi, Computed Tomography (CATscan), Magnetic Resonance Imaging (MRI), fluoroscopy, biopsi, dan ultrasonography (USG) (Bartgesetal. 2007).
Roentgenografi (X-ray) dapat digunakan dalam mendiagnosa kebuntingan pada hewan kecil khususnya anjing. Namun diagnosa dapat dilakukan setelah terbentuknya kalsifikasi atau pertulangan pada fetus yaitu pada umur kebuntingan 15 hari (Robert. 1971).
Untuk itu USG menjadi salah satu alat Bantu diagnosa yang sangat penting dibidang kedokteran hewan. Teknik ini membantu dokter hewan mendapatkan informasi dengan cepat mengenai sistem tubuh secara umum dan mengetahui adanya kelainan fungsi organ. Selain itu, USG dapat digunakan dalam memberikan informasi terbaru untuk mengetahui anatomi dasar dan proses fisiologi (Goddard. 1995).
USG telah berkembang pesat dalam dunia kedokteran hewan sejak sepuluh tahun yang lalu. USG pertama kali digunakan untuk mendiagnosa kebuntingan. Kebuntingan pada hewan kecil dapat didiagnosa menggunakan USG pada umur kebuntingan 32-35 hari. (Robert. 1997).
Tetapi saat ini USG telah digunakan untuk mendiagnosa penyakit terutama dalam pencitraan jaringan lunak. Ultrasonografi bersifat non-invasive dan tidak menyebabkan timbulnya reaksiionisasi, sehingga aman bagi dokter, hewan, atau pasien maupun klien. Belum pernah ada laporan yang menyatakan efek negatif dari ultrasonografi, prinsipnya adalah penggunaan yang tepat dan benar. Diagnostik ultrasonografi menggunakan prinsip pulse-echo total exposure pada jaringan tubuh dengan intensitas sangat rendah dan aman sehingga aman baik bagi operator maupun pasien (Barr. 1990).









BAB III
METODE PERCOBAAN


A.    Alat dan Bahan
1.             Bak alumunium
2.             Benang / tali
3.             Penggaris
4.             Pinset
5.             Foetus yang sudah diawetkan

B.     Cara Kerja
1.             Foetus yang telah disediakan dikeluarkan dari dalam stoples dan diletakkan di atas baki alumunium
2.             Dilakukan pengukuran dengan cara CC-R dan SC-R
3.             Pengukuran CC-R dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk kurva sampai forehead
4.             Pengukuran SC-R dilakukan dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor berbentuk garis lurus sampai forehead. Cara ini yang sering digunakan
5.             Catat hasil pengukuran



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil

Dari hasil pengukuran foetus sapi maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Metode CC-R




Metode SCR



Maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Metode
Umur
Panjang
Tubuh
Panjang
Rasio
Panjang
Rasio
K
B
K
B
KD
KB
KD
KB
CC-R

74
21,5
53
1
3
41,5
57
7
9
SC-R

34
15
29
1
2
23
21
8
7






Tabel Hasil Pengukuran

Keterangan        :
K           :  Kepala
B            :  Badan
KD        :  Kaki Depan
KB         :  Kaki Belakang

Dari hasil pengamatan didapatkan panjang foetus 58 cm dengan tekhnik CC-R dan 51cm dengan tekhnik SC-R. Panjang yang diperoleh ini dapat menunjukkan berat dan umur dari foetus tersebut, sebagai berikut :
UMUR (BULAN)
PANJANG FOETUS (cm)
BERAT (g)
SIFAT FETAI / PLASENTA
1
0,8-1
0,3 – 0,5
Pucuk kepala dan kaki jelas, plasenta belem bertaut
2
6-8
10 – 30
Pucuk teracak, skrotum kecil, plasenta terpaut
3
13-17
200 – 400
Rambut pada vivir, dagu, dan kelopak mata, skrotum pada jantan
4
27-32
1000 – 2000
Teracak, berkembang warna kuning, ada legok bakal tanduk
5
30-45
3000 – 4000
Rambut pada alis, bibir, testes dalam skrotum, puting susu
6
40-60
5000 – 10000
Rambut dibagian dalam telinga, sekeliling legok tanduk, ujung ekor, dan moncong
7
55-25
8000 – 18000
Rambut pada meta tarsal, meta carpal phalanx dan punggung, rambut panjang pada ekor
8
75-85
15000 – 25000
Rambut pendek, halus diseluruh tubuh
9
20-100
20000 – 50000
Rambut panjang sempurna diseluruh tubuh, gigi seri normal, foetus besar

B.     Pembahasan

Semakin bertambahnya usia kebuntingan, makin bertambah pula berat foetus. Peningkatan yang drastis terjadi pada masa kebuntingan 8-9 bulan. Pertumbuhan pada masa prenatal dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu : hereditas, ukuran, induk, nutrisi, lama kebuntingan, dan jumlah anak per “litter.”
Posisi foetus dalam kornua uteri juga dipengaruhi oleh komposisi antar sesama litter, perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta, dan suhu udara luar. Ukuran foetus secara genetik dipengaruhi oleh komponen gen itu sendiri, komponen gen induk, dan komposisi intra uteri dengan foetus lain. Kontribusi genetik material dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar dari pada kontribusi prenatal. Pada kenyataannya telah diperkirakan bahwa 50%-75% variabilitasnya dalam berat lahir ditentukan oleh faktor-faktor maternal.

Diskusi :
Berdasarkan keterangan dari tabel mengenai keadaan karakteristik foetus (bovine) dalam masa kandungan, kita dapat menentukan umur dan berat foetus sapi. Beratnya 500-800 gram memiliki ukuran sebesar kucing muda dalam kebuntingan 120 hari. Ketepatan pengukuran memberikan hasil yang baik pula.
Cara yang paling sering digunakan dalam pengukuran foetus ini adalah dengan metode SC-R karena pengukuran hanya dengan menarik garis lurus tanpa mengikuti lekuk tubuh foetus.
Periode kebuntingan dapat di bagi secara kasar dalam tiga bahagian, berdasarkan ukuran individu dan pekembangan jarigan dan organnya. Ketiga periode itu adalah ovum, embrio dan foetus. Periode ovum atau blastula berlangsung 10 – 12 hari, selak waktu pembuahan yang biasanya terjadi beberapa jam sesudah ovulasi sampai pembentukan membrane zygote dalam uterus. Periode embrio atau organogenesis berlangsung 12 – 45 hari masa kebuntingan.
Selama periode ini, organ dan system utama tubuh berbentuk dan terjadi perubahan- perubahan dalam bentuk tubuh sehingga pada akhir periode ini spesies embrio tersebur dapat dikenal.
Periode foetus dan pertumbuhan foetus berlangsung dari hari ke-45 masa kebuntingan sampai partus. Selama periode ini terjadi perubahan- perubahan kecil dalam diferensiasi organ, temuan, dan system bersamaan dengan pertumbuhan dan pematangan individu antenatal. Selama periode ini caruncel dan cotyledon berkembang dan membesar untuk mensuplai makanan bagi foetus. Pertambahan berat foetus dari hari ke-120 sampai hari ke-270 adalah tiga kali lebih besar dari pada pertambahan berat badan dari waktu pembuahan sampai hari ke-120 masa kebuntingan. Pada permulaan periode foetus terbentuk kelopak mata, osifikasi tulang dimulai, dan perubahan- perubahan cepat terjadi pada rupa dan ukuran kaki.
Pada masa akhir kebuntingan anak ternak yang normal telah berkembang sedemikian rupa sehingga ia sanggup hidup di lingkungan cairan dan saluran pencernaan serta saluran pernafasannya siap untuk mulai fungsi dan tanggung jawabnya. Selama minggu- minggu pertamanya kehidupan di luar uterus terjadi suatu penyesuaian fisiologik anak ternak yang memerlukan perhatian khusus dari peternak untuk mempertahankan hidup dan pertumbuhan optimum dari ternak yang baru lahir.

  
BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN :
1.             Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu CC-R dan SC-R
2.             foetus yang digunakan dalam praktikum, jika dilihat dari panjangnya (disesuaikan dengan tabel), maka foetus sapi tersebut berumur 6 bulan dan beratnya 5-8 kg
3.             kontribusi maternal dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi paternal
4.           posisi foetus dalam cornua uteri dipengaruhi oleh komposisi antara sesama litter, perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta, dan suhu udara luar.



DAFTAR PUSTAKA


Referensi Buku

Barnes, Waikel Villee. 1984. Zoologi Umum Edisi Keenam Jilid I. Erlangga :Jakarta.
Bartges, JW. 1997. Hematuria. Didalam: Tilley LP, Smith FWK, ac Murray AC, editor. The 5 Minute Veterinary Consult : Canineand Feline. Maryland : Williamsand Weilkins A Waverly Company. hlm. 77.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Goddard, PJ. 1995. Veterinary Ultrasonography. England : CAB International.      hlm. 1-13
Robert SJ. 1971. Veterinary Obstetricsand Genital Diseases. India : CBS Publishers & Distributors. hlm. 32
Patten, M. Bradley. 1964. foundation of Embriology. Mc. Graw – Hill Book Company : New York.
Toelihere, R. Mozes. 1985. Ilmu kebidanan pada Ternak sapid an Kerbau. Universitas Indonesia :Jakarta.

Referensi Internet
Anonimus. 2006. http://www.pjms.com.pk/issues/octdec06/pdf/fetal_biometry.pdf Diakses pada tanggal 17 Mei 2013.
Anonimus. 2006. http://www.pjms.com.pk/issues/octdec06/pdf/fetal_biometry.pdf. Diakses pada tanggal 18 Mei 2013



Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking