PRAKTIKUM EMBRIOLOGI GELOMBANG I KELOMPOK 5.... Selalu Mencoba Apa yang Bisa di Coba

PRAKTIKUM EMBRIOLOGI GELOMBANG I KELOMPOK 5.... Selalu Mencoba Apa yang Bisa di Coba
Belajar itu dunia kami....

Maandag 27 Mei 2013

LAPORAN PRAKTIKUM V "PENGAMATAN MORFOLOGI SPERMA"


LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI

Gelombang I
Kelompok V




LABORATORIUM EMBRIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2013



LAPORAN PRAKTIKUM
EMBRIOLOGI
Oleh
Gelombang I Kelompok 5

NAMA
NIM
CYNTYA DESFARIZA
1202101010021
ELSA SUARNI
1202101010103
FLOREN TINA M.G
1202101010137
HARRYANTO ARLEN
1202101010056
MIRNA SYAFRANI
1202101010156
NURSAIDA NASUTION
1202101010030
REVA DIANA YANTI
1202101010141
SYLVIA P.N KELIAT
1202101010036

Asisten “JOHARSYAH HUTABARAT, S.KH




LABORATORIUM EMBRIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2013


KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT, yang melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum embriologi ini.
Syalawat beriring salam, penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, selaku inspirasi dari seluruh umat islam di dunia.
Dalam penulisan laporan praktikum embriologi ini penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan, baik dalam struktur penulisan, penyampaian isi, penyusunan kalimat dan pemakaian tanda baca, tapi berkat bantuan berbagai pihak sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.      Drh. Dian Masyitha, M.Sc selaku koordinator dan dosen pembimbing mata kuliah Embriologi.
2.      Joharsyah Hutabarat, S.KH selaku asisten pembimbing Gelombang I Kelompok 5 pada Laboratorium Embriologi.
3.      Seluruh rekan-rekan mahasiswa yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung selaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan, baik dari penulisan serta pembahasan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun, guna penyempurnaan laporan ini.
                                    Banda Aceh, 29 Maret 2013
                                                                Penulis

                                                          Gelombang I Kelompok 5


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI  .................................................................................................     4
PENGENALAN ALAT KELAMIN BETINA ...............................................   5
BAB I  PENDAHULUAN                                                                                  
A.      Latar Belakang ............................................................................      6
B.       Tujuan  .........................................................................................     7
C.       Manfaat .......................................................................................     7
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA 
BAB III  METODE PERCOBAAN 
A.    Alat dan Bahan  ..........................................................................        15
B.     Cara Kerja   ..............................................................................         15
BAB IV  HASIL DAN PEMBAHASAN 
a.       Hasil  .........................................................................................         17
b.      Pembahasan  ..............................................................................         21
BAB V  PENUTUP 
DAFTAR PUSTAKA 


PENGENALAN ALAT KELAMIN BETINA





LABORATORIUM EMBRIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Seorang laki-laki umumnya mengejakulasi kurang lebih 2 sampai 5 mililiter semen, dan tiap milliliter mengandung sekitar 50 sampai 130 juta sperma. Saat telah berada dalam saluran reproduksi wanita, prostaglandin dalam semen mengencerkan mucus pada pembukaan uterus dan merangsang kontraksi otot uterus, yang membantu menggerakkan semen masuk ke dalam uterus. Ketika semen berkoagulasi, sehingga memudahkan kontraksi uterus untuk menggerakkannya. Antikoagulan mencairkan semen, dan sperma mulai berenang melalui saluran wanita  (Campbell, 2004: 156).
Reproduksi merupakan  kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan. Bagi makhluk hidup tujuan reproduksinya adalah agar suatu jenis makhluk hidup tidak mengalami kepunahan. Sama seperti makhluk hidup lahnnya, manusia berepeproduksi secara sexual. Reproduksi secara sexual melibatkan kelenjar dan saluran kelamin. Interaksi antara organ reproduksi, kelenjar, dan saluran kelamin merupakan proses yang terjadi di dalam sistem reproduksi (Slamet, 2007: 300).
Reproduksi pada manusia di awali dengan persetubuhan atau perkawinan (kopulasi). Persetubuhan merupakan masuknya organ kelamin luar pria berupa penis ke dalam organ wanita berupa vagina. Persetubuhan di ikuti proses fertilisasi (pembuahan) internal atau pembuahan yang terjadi di dalam tubuh wanita. Fertilisasi merupakan penyatuan sperma dengan ovum (Diah, 2004: 265).
Sebuah sperma dari kata Yunani kuno dan lebih dikenal sebagai sel sperma, adalah sel haploid yaitu gamet jantan. Sperma meliputi dua bagian, yaitu zat cair dan sel. Cairan merupakan tempat hidup sperma. Sel-sel yang hidup dan bergerak disebut spermatozoa, dan zat cair dimana sel-sel tersebut berenang disebut plasma seminal. Spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas, tidak tumbuh atau membagi diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada hewan yang menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur pada jenis yang sama.
Spermatozoa adalah sel gamet jantan yang merupakan sel yang sangat terdeferensiasi, satu-satunya sel yang memilki jumlah sitoplasma yang terperas dan nyaris habis. Strukturnya sangat khusus untuk mengakomodasikan fungsinya. Fungsi spermatozoa ada dua, yaitu mengantarkan material genetis jantan ke betina dan fungsi kedua adalah mengaktifkan program perkembangan telur (). Analisa sperma merupakan salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada kasus infertilitas (susah dapat anak). Pada saat dilakukan analisa pada sperma terdapat 2 hal yang perlu diperiksa : volume, waktu mencairnya, jumlah sel sperma per mililiter, gerakan sperma, PH, jumlah sel darah putih dan kadar fruktosanya (gula). Hasil anlisa sperma bisa menetukan apakah : ada masalah reproduksi (infertilitas), vasektomi berhasil dan apakah reversal (menyambung kembali) vasektomi berhasil (Mitchell, 2005).

B.     Tujuan

Melalui kegiatan praktikum ini, para mahasiswa diharapkan mempunyai pengalaman mengenai mendeskripsikan morfologi sperma dan perbedaan morfologi sperma antar organisme satu dengan yang lainnya, serta mampu menjelaskan fungsi bagian-bagian sperma.

C.    Manfaat

Setelah dilakukannya praktikum ini mahasiswa mampu serta dapat menjelaskan bagian-bagian sperma dan perbedaan morfologinya antara antar organisme.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

   Semen terdiri atas spermatozoa dalam plasma seminal yaitu suatu campuran sekret dari epididimis, duktus deferen, vesikula seminalis, prostate, dan kelenjar bulbouretralis. Volume ejakulat berkisar 3-4 ml, jumlah spermatozoa adalah 300-400 juta dan minimal sekitar 100 juta /ml. Pada fertilitas yang normal, 50%-70% spermatozoa motil selama 3 jam pertama setelah ejakulasi dengan kecepatan lebih dari 20 µm/detik. Spermatozoa yang normal harus memiliki kepala bulat lonjong (oval), leher, dan ekor tunggal (Geneser 1994).
Selain konsentrasi, terdapat variabel lain yang dapat diukur untuk menentukan kualitas spermatozoa, yaitu karakteristik semen yang meliputi koagulasi dan liquefaksi, viskositas, rupa dan bau, volum, pH, kadar fruktosa, motilitas, dan morfologi spermatozoa (Wiknjosastroet al. 1999).
Spermatogenesis adalah proses pertumbuhan dan perubahan dari spermatogonia sampai spermatozoa yang meliputi tiga fase yaitu 1) spermatositogenesis, selama fase ini spermatogonium membelah secara mitosis, menghasilkan generasi sel baru yang nantinya akan menghasilkan spermatosit primer. 2) meiosis I, selama fase ini spermatosit primer mengalami dua kali pembelahan secara berurutan, dengan mereduksi sampai setengah jumlah kromosom dan jumlah DNA per sel, menghasilkan spermatosit sekunder, spermatosit sekunder mengalami meiosis II menghasilkan spermatid 3) spermiogenesis, spermatid mengalami proses sitodiferensiasi, menghasilkan spermatozoa (Junqueira dan Carneiro 1998).
Kelainan spermatozoa juga dapat disebabkan kelainan hormonal. Pada perubahan spermatosit primer menjadi spermatosit sekunder (dalam spermatogenesis) dalam tubulus seminiferus dirangsang oleh FSH (Follicle Stimulating Hormone) dari kelenjar hipofisis anterior. Tidak adanya FSH maka spermatogenesis tidak akan terjadi. Akan tetapi, FSH tidak dapat bekerja sendiri menyelesaikan spermatogenesis. Agar spermatogenesis berlangsung sempurna, memerlukan testosteron yang dihasilkan oleh sel interstisial Leydig (Guyton 1997).
Bila ada gangguan maka kualitas sperma akan berubah. Sperma hitung kurang dari 20 juta/ml disebut dengan kelainan oligospermia, sedangkan untuk sperma dengan nilai motilitas kurang dari 40% disebut dengan asthenospermia. Kombinasi kadar FSH dan LH yang tinggi dan kadar testosterone yang rendah menyebabkan adanya kegagalan testis. Kadar FSH yang tinggi dengan kadar LH dan testosterone yang normal menyebabkan kegagalan sel germinal terisolasi, fungsi sel Leydig yang normal dan terandrogenisasi normal tapi mengalami azoospermia atau oligospermia (DeCherney et al. 1997).
Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya, karena testis tidak turun dalam skrotum tetapi tetap dalam rongga badan. Testis menghasilkan spermauntuk membuahi telur yang berasal dari hewan betina. Testis yang berbentuk bulat kacang tersebut besarnya berbeda-beda menurut umur dan besar unggas. Permukaan testis diselaputioleh suatu jaringan fibrosa yang kuat yang diteruskan kedalam testis membentuk kerangka penunjang tenunan testis (Sarwono, 1993).
Analisis sperma dilakukan untuk mengetahui bagaimana tahapan proses pembuahan, pewaktuan setiap tahapan pembuahan, dan dapat menentukan rasio spermatozoa dan ovum dalam pembuahan. Analisi sperma dapat dilakukan dengan syarat :
  1. Proses pembuahan yang terjadi di luar tubuh ikan nilem betina.
  2. Terdapat pada ikan atau katak.
  3. Hewan yang mudah disadap telur maupun sperma masaknya.
  4. Mudah dibedakan antara jantan dan betina.
  5. Telurnya bersifat transparan.
  6. Mudah dioviposisikan.
  7. Siklus hidup ikan nilem pendek
  8. Telur maupun sperma yang dihasilkan setiap siklus reproduksi cukup banyak.
(Pearce, 2003).
Menurut (suparno, 2003) Sebelum dilakukan pengambilan sampel sperma (semen) harus melakukan abstinen/tidak mengeluarkan sperma/ ejakulasi 2 - 5 hari sebelumnya. Hal ini bertujuan agar sperma dalam kondisi yang baik. Jangan kelamaan, karena jika sampai 1-2 minggu maka justru sperma jadi kurang aktif. Di samping itu juga harus menghindari konsumsi alkohol.
Sample diambil dengan cara ejakulasi. Bisa dilakukan di lab atau di rumah / tempat lain dan membawanya dalam waktu tertentu ke lab. Cara paling sering adalah dengan masturbasi dan ditampung ke dalam wadah sampel. Cara lain yang dilakukan adalah dengan senggama terputus (coitus interruptus), saat akan ejakulasi, P dicabut dan di arahkan ke wadah sampel. Sedangkan cara lainnya adalah dengan sampling dengan kondom (lewat senggama), dengan catatan kondom khusus. (kondom biasa harus di cuci dulu agar lubrikannya gak membunuh sperma)
Jika sampel diambil dirumah, maka sudah harus sampai di lab dalam waktu satu jam. Hindari sampel dari terkena sinar matahari langsung dan jangan terlalu panas/terlalu dingin. Jika udara dingin (di barat sono), simpan wadah penampungnya menempel di tubuh(dalam kantung jaket dll agar hangat). Jangan masukkanb kedalam lemari es. Agar hasil pemeriksaan lebih oke, dialkukan analisa 2-3 kali dengan hari yang berbeda dalam waktu 3 bulan.
Nilai normalnya bervariasi :
Volume
Normal:
minmal 2 mL - 6,5 mL per ejakulasi
Abnormal:
Volume yang rendah atau bahkan yang berlebih dapat menyebabkan masalah kesuburan
Waktu mencair
Normal:
Kurang dari 60 menit
Abnormal:
Masa mencair yang lama bisa merupakan tanda infeksi.
Jumlah sperma
Normal:
20–150 juta per mL
Abnormal:
Jumlah yang rendah kadang masih bisa menghasilkan keturunan secara normal.
Bnetuk sperma
Normal:
Minimal 70% memiliki bentuk dan struktur normal.
Abnormal:
Sperma yang gak normal bentuknya kurang daru 15 % disebut Teratozoopsermia. Ini juga mempersulit kehamilan.
Gerakan sperma
Normal:
Minimal 60% sperma bergerak maju ke depan atau minimal 8 juta sperma per-mL bergerak normal maju ke depan.
Abnormal:
Jika sebagian besar geraknya tidak normal akan menyebabkan masalah fertilitas.
pH
Normal:
Semen pH of 7.1–8.0
Abnormal:
An abnormally high or low semen pH can kill sperm or affect their ability to move or to penetrate an egg.
Sel darah putih
Normal:
Tidak ada sel darah putih atau bakteri.
Abnormal:
Bakteri dan sel darah putih yg banyak menunjukkan adanya infeksi.
Kadar fruktosa
Normal:
300 mg per 100 mL ejakulat
Abnormal:
Tidak adanya fruktosa memperlihatkan tidak adanya veikuls seminalis atau blokade pada organ ini.

Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari bahasa Yunani kuno<$2Fspan> σπέρμα yang berarti benih dan ζῷον yang berarti makhluk hidup) adalah seldari sistem reproduksi laki-laki. Sel sperma akan membuahi ovum untuk membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio(crombie,1993:246).
Sel-sel sperma sebenarnya hanya merupakan inti yang berflagelum. Sperma dihasilkan dalam testis oleh sel-sel khusus yang disebut spermatogonia. Spermatogonia yang bersifat diploid ini dapat membelah diri secara mitosis membentuk spermatogonia atau dapat berubah menjadi spermatosit. Meiosis dari setiap spermatosit menghasilkan empat sel haploid ialah, spermatid. Spermatid ini dalam proses tersebut, kemudian kehilangan banyak sitoplasma dan berkembang menjadi sperma (Kimball, 1996: 360).
Proses pembentukannya disebut spermatogenesis. Spermatogonium yang terletak di paling luar tubulus seminifirus dan yang melekat pada membrane basalis, mengalami mitosis berulang-ulang. Ini tumbuh menjadi spermatosit. Spermatosit mengalami meiosis menjadi spermatid. Spermatid mengalami spermiogenesis menjadi sperma, yang dipelihara oleh sel Sertoli. Satu sel Sertoli memelihara berpuluh spermatid, terletak di daerah puncaknya (Yatim, 1994: 11).
Spermatogenesis, atau produksi sel-sel sperma dewasa, adalah proses yang terus-menerus dan prolific pada jantan dewasa. Setiap ejakulasi laki-laki mengandung 100 sampai 650 juta sel sperma, dan seorang laki-laki dapat mengalami ejakulasi setiap hari dengan kemampuan untuk membuahi yang hanya berkurang sedikit (Campbell, 2004: 160).

Bagian-Bagian Sperma
Satu spermatozoa terdiri dari kepala, leher, badan, dan ekor. Sebagian besar kepala sperma berisi inti. Dua pertiga bagian inti di selimuti tutup akrosom. Jika terjadi terjadi pembuahan maka tutup akrosom pecah, dari akrosomnya keluar enzim-enzim yang terpenting ialah hialurodinase dan protease mirip tripsin. (Yatim, 1994: 239).
Kepala mengandung lapisan tipis sitoplasma, dan sebuah inti berbentuk lonjong yang hampir mengisi seluruh bagian kepala itu. Inti di selaputi oleh selabung perisai, di depan atau di belakang. Di depan di sebut tudung depan atau akrosom. Di belakang di sebut tudung belakang. Ke tudung belakang melekat sentriol depan dan filament poros (Yatim, 1994: 238).
Leher adalah tempat persambungan ekor dengan kepala. Persambungan itu berbentuk semacam sendi peluru pada rangka. Dalam leher pula lah terdapat sentriol (Yatim, 1994: 239).
Badan mengandung filament poros. Mitokondria dan sentriol belakang berbentuk cincin. (Jadi sentriol yang terdapat 2 buah pada setiap sel umumnya, pada sperma letaknya terpisah dan berbeda bentuk (Yatim, 1994: 240).
 Ekor dibedakan atas tiga bagian yaitu bagian tenagh, bagian utama, bagian , yang pada orangujung. Ekor memiliki teras yang disebut aksonema, yang terdiri dari Sembilan doublet mikrotubul dan dua singlet mikrotubulsentral. Ini sama dengan sitoskeleton yang dmiliki flagella.Susuna sksonema sama dari pangkal ke ujung ekor. Perbedaanya denga flagella lain pada umumnya ialah bahwa pada spermatozoa di sebuah luar teras itu ada Sembilan berkas serat padat (Yatim, 1994: 241).
Pada bagian tengah ekor di sebuah luar serat padat ada cincin mtokondria yang bersusun rapat dengan arah spiral. Pada bagian utama di sebuah luar serat padat tak ada cincin mitokondri, tetapi di gantikan oleh seludung serat. Seludung ini tipis dan berbentuk tulang rusuk, sedang di bagian tengah atas-bawah menebal menonjol. Serat padat di tentang ini bergabung dengan penebalan tengah itu (Yatim, 1994: 241).

 Pembentukan Sel Gamet
Pembentukan sel gamet dibedakan menjadi dua macam, yaitu pembentukan sel gamet (sel kelamin) jantan atau sperma disebut spermatogenesis, dan pembentukan gamet betina atau ovum disebut oogenesis (Suwarno,2004:300) (yatim. 1996: 300).




Spermatogenesis
            Pembentukan sel sperma terjadi di dalam testis atau buah zakar. Sperma atau spermatogonium yang bersifat diploid. Selanjutnya, spermatogonium membelah secara mitosis menghasilkan spermatozoidprimer yang juga bersifat diploid. Selanjutnya, spermatozoid*primer membelah reduksi (meiosis) menghasilkan spermatozoid skunder yang haploid. Setelah itu spermatzoid sekunder membelah menhhaslkan spermatid, yaitu calon sperma yang belum mempunyai ekor. Sperma berkembang menjadi spermatozoa yang telah dilengkapi ekor. Setiap spermatozoa terdiri tas bagian ujung yang disebut dengan kepala. Pucuk kepala ini mengandung akrosom yang berisi enzim hialuronidase dan proteinase yang berperan untuk menembus lapisan pelindung sel telur. Bagian temgahnya banyak mengandung mitikondria yang oenting untuk memeobolisasi energi  (Slamet, 2007: 303).
Ketika spermatid di bentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun setelah spermatid memanjang menjadi sperma akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor. Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pad bagian membrane permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom yang berfungsi menembus lapisan ovum  (Diah, 2004: 267).

Ooganesis
Sel telur atau ovarium berasal dari oogania (tunggal = oogonium) atau sel induk telur. Seperti halnya spermatogonia, oogonium juga bersifat diploid, yaitu mempunai 23 pasang kromosom. Oogenium akan tumbuh menjadi oosit primer. Oosist primer akan membelah meiosis menjadi dua sel yang tidak sama ukurannya  yang berukuran normal (besar) disebut oosit sekunder , sedangkan yang berukuran lebih kecil karena kekurangan plasma sel disebut badan kutub primer/polosit primer  (Slamet, 2007: 302).


Macam - macam Sperma
Sperma ada dua macam yaitu Sperma tak berflagellum dan Sperma berflagellum (Yatim, 1994: 11).
            Sperma tak berflagellum jarang terdapat. Hanya pada beberapa evertebrata (Nematoda, Crustacea). Sperma yang berflagellumlah umum terdapat pada hewan. Flagellum itu ada yang satu (umum), ada yang dua  (Yatim, 1994 : 11).

Sperma Bentuk Abnormal
Sperma dapat berbentuk lain dari biasanya, yang pada orang dapat menyebabkan kemandulan (steril). Ada orang yang proses spermatoenesisnya tidak lancer, sehingga di hasilkan sperma yang memiliki bentuk dan susunan yang tak sempurna (Yatim, 1994: 15)
Keabnormalan pada kepala ialah kepala besar, kepala kecil, kepala kembar, tumpul. Keabnormalan pada ekor adalah pada bagian tenagah besar, pada bagian tengah melekat “sitoplasma sisa “ berupa kecil atau gembungan di kedua sisi, ekor melilit, ekor kecil (Yatim, 1994: 242).

Kualitas Sperma
1.       Macam Sperma menurut kromosom lain
Sesuai dengan danya 2 kromosom kelamin pada hewan yang bersistem XY (umum pada vertebrata), maka dalam hal sperma jadi haplon pada proses meiosis, terbentuklah spermatid yang di sepihak hnay mengandung salah satu kedua macam kromosom itu : X dan Y terbentuklah sperma yang hanya mengandung kromosom kelamin X disingkat sperma-X lalu ad sperma yang hanya mengandung kromsom yang hanya mengandung kelamin Y disingkat sperma-Y. Pada orang dan mamalia lain sudah diselidiki adakah perbedaan morfologis dan fisiologis Ke kedua sperma X dan Y. Denagn cara sentrifugasi (pemusingan) dan dengan perbedaan muatan listrik, telah dapat di pisahkan kedua jenis sperma itu.Sehingga dengan demikian dapat di atur apakah sperma X akan membuahi ovum atau sperma Y. Kalau sperma X yang membuahi ovum hanya menganadung kromosom kelamin X, terbentuklah zigot atau embrio XX(betina) kalau sperma Y yang membuahi maka akan terbentuk embrio XY (jantan)  (Yatim, 1994: 15-16).

2.      Ketahanan sperma di Luar Tubuh
Sperma mudah sekali terganggu oleh suasana lingkungan yang berubah. Kekurangan viamin E menyebabkan ia tek bertenaga melakukan penbuahan. Terlalu rendah atau tinggi suhu medium pun akan merusak pertumbuhan dan kemampuan membuahi. Pada mamalia skrotum memiliki suhu lebih rendah dari suhu tubuh. Jika testis tetap berada dalam rongga tubuh (abdomen) pada umumnya menyebabkan sperma rusak atau tidak dapat melakukan pembuahan. Suhu skrotum 1-8. Suhu skrotum 1-8. Suhu skrotum 1-8. Suhu skrotum 1-8 C lebih rendah dari suhu tubuh. Namun ada juga mamalia yang testisnya bukan dalam skrotum khusus tapi dalam rongga terpisah dari rongga abdomen. Ini pun telah menurunkan sedikit suhu testis di bandingkan suhu tubuh (Yatim, 1994: 18).

3.      Gerakan Sperma
Ketika masih dalam tubulus seminiferus sperma tak bergerak. Secara berangsur dalam duktus epididimis mengalami pengaktifan.Ketika keluar dari tubuh kecepatan sperma dalam medium cairan saluran kelamin betina sekitar 2,5 mm/menit. Karena itu disebut bersama vas deferens, duktus epididimis berfungsi sebagai daerah pematangan fisiologis sperma. Dalam duktus ini sperma di simpan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Sifat sperma menentukan juga kemandulan seseorang pria. Kalau gerakan terlalu lambat, lamban atau gerakan itu tidak menentukan arah, maka pembuaha sulit berlangsung. Ada batas waktu menunggu bagi ovum untuk dapat di buahi. Kalau terlambat sperma datang tak subur lagi (Yatim, 1994: 16-17).



4.      Keasaman Sperma
Perubahan sperma pun merusak sperma.terlebih terdapat asam. Keasaman sanggama atau vagina dapat menyebabkan kemandulan pula, karena mematikan sperma yang masuk (Yatim, 1994: 18).

5.       Sifat Kekebalan Sperma
Plasma mani bersama-sama mengandung antigen. Beberapa kemandulan pada pria dan wanita ada hubungan yang di kandung mani. Antibody yang ada pada serum wanita dan yang di angkut ke leher rahim akan mengaglutinasi atau membuat sperma lumpuh tak bisa lagi bergerak. Secara in vitro serum yang mulanya tidak mengaglutinasi sperma akan mengaglutinasi kalau di tambahkan progresteon atau testosterone. Sebaliknya akan tidak mengaglutinasi atau berkurang keaglutinasian itu kalau di beri estradiol dan estriol  (Yatim, 1994: 19-20).













BAB III
METODE PERCOBAAN


A.    Alat dan Bahan
1.         Mikroskop
2.         Cawan Petri
3.         Alat Bedah
4.         Objek glass
5.         Sperma Ayam dan Mancit
6.         Giemsa atau eosin
7.         NACl fisiologis

B.     Cara Kerja
1           Ambillah cairan yang mengandung spermatozoa yang berasal dari testis, epididimis atau vas deferen.
2           Jika cairan tersebut pekat larutan NACL fisiologis, teteskan cairan pada objek glass yang bersih. Kemudian dengan objek glass yang lain dioles setipis mungkin dan fiksasi dengan cara melewatkannya di atas api.
3           Warnai dengan Giemsa atau eosinn selama 3-5 menit. Cuci dengan air mengalir. Selanjutnya keringkan kembali, periksa dibawah mikroskop.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1         Sperma Mancit





Spermatozoa pada umumnya memiliki empat bagian utama, yaitu Head, acrosome, midpiece, tail, end piece.  Kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek, yaitu motilitas spermatozoa yang dapat dibagi menjadi tiga kriteria (motilitas baik, motilitas kurang baik dan tidak motil), morfologi spermatozoa meliputi bentuknya (normal atau abnormal, abnormalitas dapat terjadi pada kepala, midpiece, ekor atau end piece), konsentrasi atau jumlah spermatozoa dan viabilitas (daya hidup) spermatozoa.
Morfologi Spermatozoa yang normal terbagia atas bagian kepala, bagian tengah yang pendek (midpiece) dan bagian ekor yang sangat panjang. Dapat kita lihat sebagai contoh yaitu morfologi spermatozoa pada mencit.
Perbesaran 800x (Wyrobek and Bruce, 1975).
(a)      spermatozoa normal, (b) pengait salah membengkok, (c) sperma melipat,     (d) kepala terjepit, (e) pengait pendek, (f) kesalahan ekor sebagai alat tambahan, (g) tidak ada penggait, (h) sperma berekor ganda dengan kepala tidak berbentuk, (i) kepala tidak berbentuk.
1.             Head
Menentukan bentuk kepala spermatozoa dan tergantung pada spesies hean yang yang di amati. Kutub anterior inti tertutup oleh tudung akrosom yang mengandung sejumlah enzim hidrolitik, misalnya hyaluronidase yang berfungsi untuk melepaskan asam hyaluronic, dan acrosin berupa acrosome yang befungsi menembus dinding zona pellucida. Enzim tersebut diperlukan untuk menembus dinding zona pellucida agar spermatozoa dapat masuk sel telur untuk proses pembuahan. Kepala terutama terdiri dari nukleus, yang mengandung informasi genetik.

2.             Midpiece
Pada bagian leher sebagian besar berbentuk pendek dan sempit, terletak antara kepala dan badan, berdiri dari senteriol yang terletak sentral dengan serabut tepi kasar tersusun memanjang, berlanjut dengan serabut luar pada badan spermatozoa.
3.             Flagelum
Pusat badan memiliki struktur flagelum yang khas : dua buluh mikro sentral dan Sembilan pasang buluh mikro perifer yang membentuk komplek filamen aklsial. Mereka di kelilingi oleh Sembilan serabut luar yang memipih , tersusun longitudinal yang berhubungan dengan serabut penhubung.  Selanjutnya dikelilingi oleh mitokondria dengan jalinan mengulir berbentuk cincin yang menebal pada badan menandai batas antara badan dan ekor utama.

2.             Tail
Tail merupakan bagian ekor spermatozoa yang paling panjang. Struktur komplek filamen aksial mirip dengan bagian badan dan dikitari oleh kelanjutan serabut bagian badan. Serabutnya bervariasi menurut ukuran,bentuk dan memipih kearah ekor . Rusuk semisiskular struktur protein pada susunan mengulir melebur dengan dua serabut luar membentuk selubung fibrosa tapi yang khas untuk bagian ekor utama.

3.             End piece
Selubung fibrosa terminal menandai awal dari ujung ekor yang hanya mengandung kompleks filament aksial .Kearah proksimal ujung ekor ,komplek ini memiliki ciri khas susunan Sembilan-tambah-dua:kearah distal ,pasangan dua tepi secara bertahap berkurang menjadi tunggal serta berakhir pada beberapa permukaan.






Kandungan Sperma Beserta Manfaatnya:
Komposisi kimia sperma adalah sebagai berikut:
Komposisi kimia ………………………. ( Dalam mg/100 ml )
Ammonia …………………………………………………… 2
Ascoric Acid ………………………………...................... 12,8
Ash …………………………………………………….. 9,9 %
Calcium …………………………………………………… 25
Carbon Dioxide ……………………………… 54 ml/100 ml
Chloride ………………………………………………… 155
Cholesterol ………………………………………………. 80
Citric Acid ……………………………………………… 376
Creatine ………………………………………………….. 20
Ergothioneine …………………………………………. Trace
Fructose …………………………………………………. 224
Glutathione ……………………………………………….. 30
Glycerylphorylcholine ………………………………… 54-90
Inositol ………………………………………………… 50,57
Lactic Acid ……………………………………………….. 35
Magnesium …………………………………………… 14
Nitrogen, nonprotein(total) …………………………… 913
Phosphorus,acid-soluble ……………………………….. 57
Inorganic ……………………………………………….. 11
Lipid ……………………………………………………. 6
Total (lipid) …………………………………………… 112
Phosphorylcholine …………………………………. 250-380
Potassium …………………………………………………. 89
Pyruvic Acid ……………………………………………… 29
Sodium ………………………………………………….. 281
Sorbitol …………………………………………………… 10
Vitamin B 12 …………………………………... 300-600 ppg
Sulfur ………………………………………….. 3 % (of ash)
Urea ……………………………………………………… 72
Uric Acid …………………………………………………. 6
Zinc ……………………………………………………… 14
Copper……………….………………………… 0,006-0,024
(Yatim, 1990)




BAB V
PENUTUP

1.             Spermatozoa tampak memiliki dua bagian utama yakni kepala dan ekor.
2.             Dengan menggunakan mikroskop electron bagian ekor dapat dapat dibagi atas bagian leher (neck piece), badan (midlle piece), ekor utama (principal piece), dan ujung ekor (and piece).
3.             Spermiogenesis adalah suatu proses dimana spermatic berdiferensiasi menjadi spermatozoa meliputi sejumlah transformasi inti dan sitoplasma,dikenal sebagai spermiogenesis.















DAFTAR PUSTAKA

Benyamin Cummings. San Fransisco Ganong, W. F, 1983. Fisiologi Kedokteran. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
Carlson, Bruce M. 2001 .Human Embryology and Developmental Biology 2nd Edition.Mosby Inc.,New York

DeCherney A.H., Polan, M.L., Lee, R.D., Boyers, S.P. 1997.Seri Skema Diagnositis dan Penatalaksanaan infertilitas. Binarupa Aksara.
Geneser F. 1994.Histologi dan Biologi Sel. (alih bahasa: Arifin Gunawijaya ) Binarupa Aksara. Jakarta.
Guyton AC. 1997.Fisiologi Kedokteran. (Alih bahasa: Adji Dharma dan P. Lukmanto) EGC. Jakarta.
Junqueira LC & J Carneiro 1998. Histologi Dasar (Alih bahasa; Jan Tambayong). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Mitchell D Kaplan dan Bruce J Baum, 2005. The Function Of Sperma. Med. Vol 8. Numb 3. Springer Journal. New York.

Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T, 1999.Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.


Referensi Jurnal
Pratiwi, W. C., L. Affandhy, dan D. Pamungkas. 2005. Observasi Kualitas Spermatozoa Pejantan Simmental dan PO dalam Straw Dingin Setelah Penyimpanan 7 Hari pada Suhu 5°C. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005. hal 200-205
Siciliano, L., V. Marciano, A. Carpino. 2008. Prostasome- Like Vesicles Stimulate Acrosome Reaction of Pig Spermatozoa. Reproductive Biology and Endocrinology, 6:5