LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI
|
Gelombang I
Kelompok V
|
LABORATORIUM EMBRIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2013
|
LAPORAN PRAKTIKUM
EMBRIOLOGI
Oleh
Gelombang I Kelompok 5
NAMA
|
NIM
|
CYNTYA DESFARIZA
|
1202101010021
|
ELSA SUARNI
|
1202101010103
|
FLOREN TINA M.G
|
1202101010137
|
HARRYANTO ARLEN
|
1202101010056
|
MIRNA SYAFRANI
|
1202101010156
|
NURSAIDA NASUTION
|
1202101010030
|
REVA DIANA YANTI
|
1202101010141
|
SYLVIA P.N KELIAT
|
1202101010036
|
Asisten “JOHARSYAH HUTABARAT,
S.KH”
LABORATORIUM EMBRIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2013
KATA PENGANTAR
Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur
atas kehadiran Allah SWT, yang melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum embriologi ini.
Syalawat beriring salam, penulis ucapkan kepada Nabi
Muhammad SAW, selaku inspirasi dari seluruh umat islam di dunia.
Dalam penulisan laporan praktikum embriologi ini penulis
tidak terlepas dari berbagai hambatan, baik dalam struktur penulisan,
penyampaian isi, penyusunan kalimat dan pemakaian tanda baca, tapi berkat
bantuan berbagai pihak sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1.
Drh. Dian Masyitha, M.Sc selaku koordinator dan dosen pembimbing mata
kuliah Embriologi.
2.
Joharsyah
Hutabarat, S.KH selaku asisten pembimbing Gelombang I Kelompok 5 pada
Laboratorium Embriologi.
3.
Seluruh rekan-rekan mahasiswa yang
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung selaku mahasiswa Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam pembuatan laporan ini
masih terdapat kekurangan, baik dari penulisan serta pembahasan, oleh sebab itu
penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun, guna
penyempurnaan laporan ini.
Banda
Aceh, 29 Maret 2013
Penulis
Gelombang I Kelompok 5
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................. 4
PENGENALAN ALAT KELAMIN
BETINA ............................................... 5
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 6
B. Tujuan
......................................................................................... 7
C.
Manfaat
....................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
.......................................................................... 15
B.
Cara Kerja .............................................................................. 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
a.
Hasil ......................................................................................... 17
b.
Pembahasan .............................................................................. 21
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
PENGENALAN
ALAT KELAMIN BETINA
LABORATORIUM EMBRIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2013
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang laki-laki
umumnya mengejakulasi kurang lebih 2 sampai 5 mililiter semen, dan tiap
milliliter mengandung sekitar 50 sampai 130 juta sperma. Saat telah berada
dalam saluran reproduksi wanita, prostaglandin dalam semen mengencerkan mucus
pada pembukaan uterus dan merangsang kontraksi otot uterus, yang membantu
menggerakkan semen masuk ke dalam uterus. Ketika semen berkoagulasi, sehingga
memudahkan kontraksi uterus untuk menggerakkannya. Antikoagulan mencairkan
semen, dan sperma mulai berenang melalui saluran wanita (Campbell,
2004: 156).
Reproduksi
merupakan kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan. Bagi
makhluk hidup tujuan reproduksinya adalah agar suatu jenis makhluk hidup tidak
mengalami kepunahan. Sama seperti makhluk hidup lahnnya, manusia berepeproduksi
secara sexual. Reproduksi secara sexual melibatkan kelenjar dan saluran
kelamin. Interaksi antara organ reproduksi, kelenjar, dan saluran kelamin
merupakan proses yang terjadi di dalam sistem reproduksi (Slamet, 2007:
300).
Reproduksi pada
manusia di awali dengan persetubuhan atau perkawinan (kopulasi). Persetubuhan
merupakan masuknya organ kelamin luar pria berupa penis ke dalam organ wanita
berupa vagina. Persetubuhan di ikuti proses fertilisasi (pembuahan) internal
atau pembuahan yang terjadi di dalam tubuh wanita. Fertilisasi merupakan
penyatuan sperma dengan ovum (Diah, 2004: 265).
Sebuah sperma
dari kata Yunani kuno dan lebih dikenal sebagai sel sperma, adalah sel haploid
yaitu gamet jantan. Sperma meliputi dua bagian,
yaitu zat cair dan sel. Cairan merupakan tempat hidup sperma. Sel-sel yang
hidup dan bergerak disebut spermatozoa, dan zat cair dimana sel-sel tersebut
berenang disebut plasma seminal. Spermatozoa merupakan sel padat dan sangat
khas, tidak tumbuh atau membagi diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis
apapun pada hewan yang menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur
pada jenis yang sama.
Spermatozoa adalah sel gamet jantan yang merupakan sel yang
sangat terdeferensiasi, satu-satunya sel yang memilki jumlah sitoplasma yang
terperas dan nyaris habis. Strukturnya sangat khusus untuk mengakomodasikan
fungsinya. Fungsi spermatozoa ada dua, yaitu mengantarkan material genetis
jantan ke betina dan fungsi kedua adalah mengaktifkan program perkembangan
telur (). Analisa sperma
merupakan salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada kasus infertilitas
(susah dapat anak). Pada saat dilakukan analisa pada sperma terdapat 2 hal yang
perlu diperiksa : volume, waktu mencairnya, jumlah sel sperma per mililiter, gerakan
sperma, PH, jumlah sel darah putih dan kadar fruktosanya (gula). Hasil anlisa
sperma bisa menetukan apakah : ada masalah reproduksi (infertilitas), vasektomi
berhasil dan apakah reversal (menyambung kembali) vasektomi berhasil (Mitchell,
2005).
B. Tujuan
Melalui kegiatan praktikum ini, para mahasiswa diharapkan
mempunyai pengalaman mengenai mendeskripsikan morfologi sperma dan perbedaan
morfologi sperma antar organisme satu dengan yang lainnya, serta mampu
menjelaskan fungsi bagian-bagian sperma.
C. Manfaat
Setelah dilakukannya praktikum ini mahasiswa mampu serta
dapat menjelaskan bagian-bagian sperma dan perbedaan morfologinya antara antar
organisme.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Semen terdiri atas
spermatozoa dalam plasma seminal yaitu suatu campuran sekret dari epididimis,
duktus deferen, vesikula seminalis, prostate, dan kelenjar bulbouretralis.
Volume ejakulat berkisar 3-4 ml, jumlah spermatozoa adalah 300-400 juta dan
minimal sekitar 100 juta /ml. Pada fertilitas yang normal, 50%-70% spermatozoa motil
selama 3 jam pertama setelah ejakulasi dengan kecepatan lebih dari 20 µm/detik.
Spermatozoa yang normal harus memiliki kepala bulat lonjong (oval), leher, dan
ekor tunggal (Geneser 1994).
Selain
konsentrasi, terdapat variabel lain yang dapat diukur untuk menentukan kualitas
spermatozoa, yaitu karakteristik semen yang meliputi koagulasi dan liquefaksi,
viskositas, rupa dan bau, volum, pH, kadar fruktosa, motilitas, dan morfologi
spermatozoa (Wiknjosastroet al. 1999).
Spermatogenesis
adalah proses pertumbuhan dan perubahan dari spermatogonia sampai spermatozoa
yang meliputi tiga fase yaitu 1) spermatositogenesis, selama fase ini
spermatogonium membelah secara mitosis, menghasilkan generasi sel baru yang
nantinya akan menghasilkan spermatosit primer. 2) meiosis I, selama fase ini
spermatosit primer mengalami dua kali pembelahan secara berurutan, dengan
mereduksi sampai setengah jumlah kromosom dan jumlah DNA per sel, menghasilkan
spermatosit sekunder, spermatosit sekunder mengalami meiosis II menghasilkan spermatid
3) spermiogenesis, spermatid mengalami proses sitodiferensiasi, menghasilkan
spermatozoa (Junqueira dan Carneiro 1998).
Kelainan
spermatozoa juga dapat disebabkan kelainan hormonal. Pada perubahan spermatosit
primer menjadi spermatosit sekunder (dalam spermatogenesis) dalam tubulus
seminiferus dirangsang oleh FSH (Follicle Stimulating Hormone) dari kelenjar
hipofisis anterior. Tidak adanya FSH maka spermatogenesis tidak akan terjadi.
Akan tetapi, FSH tidak dapat bekerja sendiri menyelesaikan spermatogenesis.
Agar spermatogenesis berlangsung sempurna, memerlukan testosteron yang
dihasilkan oleh sel interstisial Leydig (Guyton 1997).
Bila ada
gangguan maka kualitas sperma akan berubah. Sperma hitung kurang dari 20
juta/ml disebut dengan kelainan oligospermia, sedangkan untuk sperma dengan
nilai motilitas kurang dari 40% disebut dengan asthenospermia. Kombinasi kadar
FSH dan LH yang tinggi dan kadar testosterone yang rendah menyebabkan adanya
kegagalan testis. Kadar FSH yang tinggi dengan kadar LH dan testosterone yang
normal menyebabkan kegagalan sel germinal terisolasi, fungsi sel Leydig yang
normal dan terandrogenisasi normal tapi mengalami azoospermia atau oligospermia
(DeCherney et al. 1997).
Unggas
jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya, karena testis tidak turun
dalam skrotum tetapi tetap dalam rongga badan. Testis menghasilkan
spermauntuk membuahi telur yang berasal dari hewan betina. Testis yang
berbentuk bulat kacang tersebut besarnya berbeda-beda menurut umur dan besar
unggas. Permukaan testis diselaputioleh suatu jaringan fibrosa yang kuat yang
diteruskan kedalam testis membentuk
kerangka penunjang tenunan testis (Sarwono,
1993).
Analisis sperma
dilakukan untuk mengetahui bagaimana tahapan proses pembuahan, pewaktuan setiap
tahapan pembuahan, dan dapat menentukan rasio spermatozoa dan ovum dalam
pembuahan. Analisi sperma dapat dilakukan dengan syarat :
- Proses pembuahan yang
terjadi di luar tubuh ikan nilem betina.
- Terdapat pada ikan atau
katak.
- Hewan yang mudah disadap
telur maupun sperma masaknya.
- Mudah dibedakan antara
jantan dan betina.
- Telurnya bersifat
transparan.
- Mudah dioviposisikan.
- Siklus hidup ikan nilem
pendek
- Telur maupun sperma yang
dihasilkan setiap siklus reproduksi cukup banyak.
(Pearce, 2003).
Menurut (suparno, 2003) Sebelum dilakukan pengambilan sampel
sperma (semen) harus melakukan abstinen/tidak mengeluarkan sperma/ ejakulasi 2
- 5 hari sebelumnya. Hal ini bertujuan agar sperma dalam kondisi yang baik.
Jangan kelamaan, karena jika sampai 1-2 minggu maka justru sperma jadi kurang
aktif. Di samping itu juga harus menghindari konsumsi alkohol.
Sample diambil dengan cara ejakulasi. Bisa dilakukan di lab atau di rumah / tempat lain dan membawanya dalam waktu tertentu ke lab. Cara paling sering adalah dengan masturbasi dan ditampung ke dalam wadah sampel. Cara lain yang dilakukan adalah dengan senggama terputus (coitus interruptus), saat akan ejakulasi, P dicabut dan di arahkan ke wadah sampel. Sedangkan cara lainnya adalah dengan sampling dengan kondom (lewat senggama), dengan catatan kondom khusus. (kondom biasa harus di cuci dulu agar lubrikannya gak membunuh sperma)
Sample diambil dengan cara ejakulasi. Bisa dilakukan di lab atau di rumah / tempat lain dan membawanya dalam waktu tertentu ke lab. Cara paling sering adalah dengan masturbasi dan ditampung ke dalam wadah sampel. Cara lain yang dilakukan adalah dengan senggama terputus (coitus interruptus), saat akan ejakulasi, P dicabut dan di arahkan ke wadah sampel. Sedangkan cara lainnya adalah dengan sampling dengan kondom (lewat senggama), dengan catatan kondom khusus. (kondom biasa harus di cuci dulu agar lubrikannya gak membunuh sperma)
Jika sampel diambil dirumah, maka sudah harus sampai di lab
dalam waktu satu jam. Hindari sampel dari terkena sinar matahari langsung dan
jangan terlalu panas/terlalu dingin. Jika udara dingin (di barat sono), simpan
wadah penampungnya menempel di tubuh(dalam kantung jaket dll agar hangat).
Jangan masukkanb kedalam lemari es. Agar hasil pemeriksaan lebih oke, dialkukan
analisa 2-3 kali dengan hari yang berbeda dalam waktu 3 bulan.
Nilai
normalnya bervariasi :
Volume
|
Normal:
|
minmal 2 mL - 6,5 mL per ejakulasi
|
Abnormal:
|
Volume yang rendah atau bahkan yang berlebih dapat
menyebabkan masalah kesuburan
|
|
Waktu mencair
|
Normal:
|
Kurang dari 60 menit
|
Abnormal:
|
Masa mencair yang lama bisa merupakan tanda infeksi.
|
|
Jumlah sperma
|
Normal:
|
20–150 juta per mL
|
Abnormal:
|
Jumlah yang rendah kadang masih bisa menghasilkan keturunan
secara normal.
|
|
Bnetuk sperma
|
Normal:
|
Minimal 70% memiliki bentuk dan struktur normal.
|
Abnormal:
|
Sperma yang gak normal bentuknya kurang daru 15 % disebut
Teratozoopsermia. Ini juga mempersulit kehamilan.
|
|
Gerakan sperma
|
Normal:
|
Minimal 60% sperma bergerak maju ke depan atau minimal 8
juta sperma per-mL bergerak normal maju ke depan.
|
Abnormal:
|
Jika sebagian besar geraknya tidak normal akan menyebabkan
masalah fertilitas.
|
|
pH
|
Normal:
|
Semen pH of 7.1–8.0
|
Abnormal:
|
An abnormally high or low semen pH can kill sperm or affect
their ability to move or to penetrate an egg.
|
|
Sel darah putih
|
Normal:
|
Tidak ada sel darah putih atau bakteri.
|
Abnormal:
|
Bakteri dan sel darah putih yg banyak menunjukkan adanya
infeksi.
|
|
Kadar fruktosa
|
Normal:
|
300 mg per 100 mL ejakulat
|
Abnormal:
|
Tidak adanya fruktosa memperlihatkan tidak adanya veikuls
seminalis atau blokade pada organ ini.
|
Spermatozoid atau
sel sperma atau spermatozoa (berasal dari bahasa Yunani kuno<$2Fspan> σπέρμα yang berarti benih
dan ζῷον yang berarti makhluk hidup) adalah seldari sistem reproduksi laki-laki. Sel sperma
akan membuahi ovum untuk membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang
akan berkembang menjadi embrio(crombie,1993:246).
Sel-sel sperma
sebenarnya hanya merupakan inti yang berflagelum. Sperma dihasilkan dalam
testis oleh sel-sel khusus yang disebut spermatogonia. Spermatogonia yang
bersifat diploid ini dapat membelah diri secara mitosis membentuk spermatogonia
atau dapat berubah menjadi spermatosit. Meiosis dari setiap spermatosit
menghasilkan empat sel haploid ialah, spermatid. Spermatid ini dalam proses
tersebut, kemudian kehilangan banyak sitoplasma dan berkembang menjadi sperma
(Kimball, 1996: 360).
Proses
pembentukannya disebut spermatogenesis. Spermatogonium yang terletak di paling
luar tubulus seminifirus dan yang melekat pada membrane basalis, mengalami mitosis
berulang-ulang. Ini tumbuh menjadi spermatosit. Spermatosit mengalami meiosis
menjadi spermatid. Spermatid mengalami spermiogenesis menjadi sperma, yang
dipelihara oleh sel Sertoli. Satu sel Sertoli memelihara berpuluh spermatid,
terletak di daerah puncaknya (Yatim, 1994: 11).
Spermatogenesis,
atau produksi sel-sel sperma dewasa, adalah proses yang terus-menerus dan
prolific pada jantan dewasa. Setiap ejakulasi laki-laki mengandung 100 sampai
650 juta sel sperma, dan seorang laki-laki dapat mengalami ejakulasi setiap
hari dengan kemampuan untuk membuahi yang hanya berkurang sedikit (Campbell,
2004: 160).
Bagian-Bagian Sperma
Satu spermatozoa
terdiri dari kepala, leher, badan, dan ekor. Sebagian besar kepala sperma
berisi inti. Dua pertiga bagian inti di selimuti tutup akrosom. Jika terjadi
terjadi pembuahan maka tutup akrosom pecah, dari akrosomnya keluar enzim-enzim
yang terpenting ialah hialurodinase dan protease mirip tripsin. (Yatim, 1994:
239).
Kepala mengandung
lapisan tipis sitoplasma, dan sebuah inti berbentuk lonjong yang hampir mengisi
seluruh bagian kepala itu. Inti di selaputi oleh selabung perisai, di depan
atau di belakang. Di depan di sebut tudung depan atau akrosom. Di belakang di
sebut tudung belakang. Ke tudung belakang melekat sentriol depan dan filament
poros (Yatim, 1994: 238).
Leher adalah tempat
persambungan ekor dengan kepala. Persambungan itu berbentuk semacam sendi
peluru pada rangka. Dalam leher pula lah terdapat sentriol (Yatim, 1994: 239).
Badan mengandung
filament poros. Mitokondria dan sentriol belakang berbentuk cincin. (Jadi
sentriol yang terdapat 2 buah pada setiap sel umumnya, pada sperma letaknya
terpisah dan berbeda bentuk (Yatim, 1994: 240).
Ekor
dibedakan atas tiga bagian yaitu bagian tenagh, bagian utama, bagian , yang
pada orangujung. Ekor memiliki teras yang disebut aksonema, yang terdiri dari
Sembilan doublet mikrotubul dan dua singlet mikrotubulsentral. Ini sama dengan
sitoskeleton yang dmiliki flagella.Susuna sksonema sama dari pangkal ke ujung
ekor. Perbedaanya denga flagella lain pada umumnya ialah bahwa pada spermatozoa
di sebuah luar teras itu ada Sembilan berkas serat padat (Yatim, 1994: 241).
Pada bagian tengah
ekor di sebuah luar serat padat ada cincin mtokondria yang bersusun rapat
dengan arah spiral. Pada bagian utama di sebuah luar serat padat tak ada cincin
mitokondri, tetapi di gantikan oleh seludung serat. Seludung ini tipis dan
berbentuk tulang rusuk, sedang di bagian tengah atas-bawah menebal menonjol.
Serat padat di tentang ini bergabung dengan penebalan tengah itu (Yatim, 1994:
241).
Pembentukan Sel
Gamet
Pembentukan sel
gamet dibedakan menjadi dua macam, yaitu pembentukan sel gamet (sel kelamin)
jantan atau sperma disebut spermatogenesis, dan pembentukan gamet betina atau
ovum disebut oogenesis (Suwarno,2004:300) (yatim. 1996: 300).
Spermatogenesis
Pembentukan
sel sperma terjadi di dalam testis atau buah zakar. Sperma atau spermatogonium
yang bersifat diploid. Selanjutnya, spermatogonium membelah secara mitosis
menghasilkan spermatozoidprimer yang juga bersifat diploid. Selanjutnya,
spermatozoid*primer membelah reduksi (meiosis) menghasilkan spermatozoid
skunder yang haploid. Setelah itu spermatzoid sekunder membelah menhhaslkan
spermatid, yaitu calon sperma yang belum mempunyai ekor. Sperma berkembang
menjadi spermatozoa yang telah dilengkapi ekor. Setiap spermatozoa terdiri tas
bagian ujung yang disebut dengan kepala. Pucuk kepala ini mengandung akrosom
yang berisi enzim hialuronidase dan proteinase yang berperan untuk menembus lapisan
pelindung sel telur. Bagian temgahnya banyak mengandung mitikondria yang
oenting untuk memeobolisasi energi (Slamet, 2007: 303).
Ketika spermatid di
bentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun
setelah spermatid memanjang menjadi sperma akan terlihat bentuk yang terdiri
dari kepala dan ekor. Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya
sedikit sitoplasma. Pad bagian membrane permukaan di ujung kepala sperma
terdapat selubung tebal yang disebut akrosom yang berfungsi menembus lapisan
ovum (Diah, 2004: 267).
Ooganesis
Sel telur atau
ovarium berasal dari oogania (tunggal = oogonium) atau sel induk telur. Seperti
halnya spermatogonia, oogonium juga bersifat diploid, yaitu mempunai 23 pasang
kromosom. Oogenium akan tumbuh menjadi oosit primer. Oosist primer akan
membelah meiosis menjadi dua sel yang tidak sama ukurannya yang berukuran
normal (besar) disebut oosit sekunder , sedangkan yang berukuran lebih kecil
karena kekurangan plasma sel disebut badan kutub primer/polosit
primer (Slamet, 2007: 302).
Macam - macam Sperma
Sperma ada dua
macam yaitu Sperma tak berflagellum dan Sperma berflagellum (Yatim, 1994:
11).
Sperma tak berflagellum jarang
terdapat. Hanya pada beberapa evertebrata (Nematoda, Crustacea). Sperma yang
berflagellumlah umum terdapat pada hewan. Flagellum itu ada yang satu (umum),
ada yang dua (Yatim, 1994 : 11).
Sperma Bentuk Abnormal
Sperma dapat
berbentuk lain dari biasanya, yang pada orang dapat menyebabkan kemandulan
(steril). Ada orang yang proses spermatoenesisnya tidak lancer, sehingga di
hasilkan sperma yang memiliki bentuk dan susunan yang tak sempurna (Yatim,
1994: 15)
Keabnormalan pada kepala ialah
kepala besar, kepala kecil, kepala kembar, tumpul. Keabnormalan pada ekor
adalah pada bagian tenagah besar, pada bagian tengah melekat “sitoplasma sisa “
berupa kecil atau gembungan di kedua sisi, ekor melilit, ekor kecil (Yatim,
1994: 242).
Kualitas Sperma
1.
Macam Sperma menurut kromosom lain
Sesuai dengan danya
2 kromosom kelamin pada hewan yang bersistem XY (umum pada vertebrata), maka
dalam hal sperma jadi haplon pada proses meiosis, terbentuklah spermatid yang
di sepihak hnay mengandung salah satu kedua macam kromosom itu : X dan Y
terbentuklah sperma yang hanya mengandung kromosom kelamin X disingkat sperma-X
lalu ad sperma yang hanya mengandung kromsom yang hanya mengandung kelamin Y
disingkat sperma-Y. Pada orang dan mamalia lain sudah diselidiki adakah
perbedaan morfologis dan fisiologis Ke kedua sperma X dan Y. Denagn cara
sentrifugasi (pemusingan) dan dengan perbedaan muatan listrik, telah dapat di
pisahkan kedua jenis sperma itu.Sehingga dengan demikian dapat di atur apakah
sperma X akan membuahi ovum atau sperma Y. Kalau sperma X yang membuahi ovum
hanya menganadung kromosom kelamin X, terbentuklah zigot atau embrio XX(betina)
kalau sperma Y yang membuahi maka akan terbentuk embrio XY (jantan)
(Yatim, 1994: 15-16).
2.
Ketahanan sperma di Luar Tubuh
Sperma mudah sekali
terganggu oleh suasana lingkungan yang berubah. Kekurangan viamin E menyebabkan
ia tek bertenaga melakukan penbuahan. Terlalu rendah atau tinggi suhu medium
pun akan merusak pertumbuhan dan kemampuan membuahi. Pada mamalia skrotum memiliki
suhu lebih rendah dari suhu tubuh. Jika testis tetap berada dalam rongga tubuh
(abdomen) pada umumnya menyebabkan sperma rusak atau tidak dapat melakukan
pembuahan. Suhu skrotum 1-8. Suhu skrotum 1-8. Suhu skrotum 1-8. Suhu skrotum
1-8 C lebih rendah dari suhu tubuh. Namun ada juga mamalia yang testisnya bukan
dalam skrotum khusus tapi dalam rongga terpisah dari rongga abdomen. Ini pun
telah menurunkan sedikit suhu testis di bandingkan suhu tubuh (Yatim, 1994:
18).
3.
Gerakan Sperma
Ketika masih dalam
tubulus seminiferus sperma tak bergerak. Secara berangsur dalam duktus
epididimis mengalami pengaktifan.Ketika keluar dari tubuh kecepatan sperma
dalam medium cairan saluran kelamin betina sekitar 2,5 mm/menit. Karena itu
disebut bersama vas deferens, duktus epididimis berfungsi sebagai daerah
pematangan fisiologis sperma. Dalam duktus ini sperma di simpan berhari-hari
sampai berbulan-bulan. Sifat sperma menentukan juga kemandulan seseorang pria.
Kalau gerakan terlalu lambat, lamban atau gerakan itu tidak menentukan arah,
maka pembuaha sulit berlangsung. Ada batas waktu menunggu bagi ovum untuk dapat
di buahi. Kalau terlambat sperma datang tak subur lagi (Yatim, 1994: 16-17).
4.
Keasaman Sperma
Perubahan sperma
pun merusak sperma.terlebih terdapat asam. Keasaman sanggama atau vagina dapat
menyebabkan kemandulan pula, karena mematikan sperma yang masuk (Yatim, 1994:
18).
5.
Sifat Kekebalan Sperma
Plasma mani
bersama-sama mengandung antigen. Beberapa kemandulan pada pria dan wanita ada
hubungan yang di kandung mani. Antibody yang ada pada serum wanita dan yang di
angkut ke leher rahim akan mengaglutinasi atau membuat sperma lumpuh tak bisa
lagi bergerak. Secara in vitro serum yang mulanya tidak mengaglutinasi sperma
akan mengaglutinasi kalau di tambahkan progresteon atau testosterone.
Sebaliknya akan tidak mengaglutinasi atau berkurang keaglutinasian itu kalau di
beri estradiol dan estriol (Yatim, 1994: 19-20).
BAB III
METODE
PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1.
Mikroskop
2.
Cawan Petri
3.
Alat Bedah
4.
Objek glass
5.
Sperma Ayam dan Mancit
6.
Giemsa atau eosin
7.
NACl fisiologis
B. Cara Kerja
1
Ambillah cairan yang mengandung
spermatozoa yang berasal dari testis, epididimis atau vas deferen.
2
Jika cairan tersebut pekat larutan
NACL fisiologis, teteskan cairan pada objek glass yang bersih. Kemudian dengan
objek glass yang lain dioles setipis mungkin dan fiksasi dengan cara
melewatkannya di atas api.
3
Warnai dengan Giemsa atau eosinn
selama 3-5 menit. Cuci dengan air mengalir. Selanjutnya keringkan kembali,
periksa dibawah mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1
Sperma Mancit
Perbesaran 800x (Wyrobek and
Bruce, 1975).
(a)
spermatozoa normal, (b) pengait salah membengkok,
(c) sperma melipat, (d) kepala
terjepit, (e) pengait pendek, (f) kesalahan ekor sebagai alat tambahan, (g)
tidak ada penggait, (h) sperma berekor ganda dengan kepala tidak berbentuk, (i)
kepala tidak berbentuk.
1.
Head
Menentukan
bentuk kepala spermatozoa dan tergantung pada spesies hean yang yang di amati.
Kutub anterior inti tertutup oleh tudung akrosom yang mengandung sejumlah enzim
hidrolitik, misalnya hyaluronidase yang berfungsi untuk melepaskan asam
hyaluronic, dan acrosin berupa acrosome yang befungsi menembus dinding zona
pellucida. Enzim tersebut diperlukan untuk menembus dinding zona pellucida agar
spermatozoa dapat masuk sel telur untuk proses pembuahan. Kepala terutama
terdiri dari nukleus, yang mengandung informasi genetik.
2.
Midpiece
Pada
bagian leher sebagian besar berbentuk pendek dan sempit, terletak antara kepala
dan badan, berdiri dari senteriol yang terletak sentral dengan serabut tepi
kasar tersusun memanjang, berlanjut dengan serabut luar pada badan spermatozoa.
3.
Flagelum
Pusat
badan memiliki struktur flagelum yang khas : dua buluh mikro sentral dan
Sembilan pasang buluh mikro perifer yang membentuk komplek filamen aklsial.
Mereka di kelilingi oleh Sembilan serabut luar yang memipih , tersusun
longitudinal yang berhubungan dengan serabut penhubung. Selanjutnya dikelilingi oleh mitokondria
dengan jalinan mengulir berbentuk cincin yang menebal pada badan menandai batas
antara badan dan ekor utama.
2.
Tail
Tail
merupakan bagian ekor spermatozoa yang paling panjang. Struktur komplek filamen
aksial mirip dengan bagian badan dan dikitari oleh kelanjutan serabut bagian
badan. Serabutnya bervariasi menurut ukuran,bentuk dan memipih kearah ekor .
Rusuk semisiskular struktur protein pada susunan mengulir melebur dengan dua
serabut luar membentuk selubung fibrosa tapi yang khas untuk bagian ekor utama.
3.
End piece
Selubung
fibrosa terminal menandai awal dari ujung ekor yang hanya mengandung kompleks
filament aksial .Kearah proksimal ujung ekor ,komplek ini memiliki ciri khas
susunan Sembilan-tambah-dua:kearah distal ,pasangan dua tepi secara bertahap
berkurang menjadi tunggal serta berakhir pada beberapa permukaan.
Kandungan Sperma Beserta Manfaatnya:
Komposisi kimia sperma adalah sebagai
berikut:
Komposisi kimia ………………………. ( Dalam mg/100 ml )
Ammonia …………………………………………………… 2
Ascoric Acid ………………………………......................
12,8
Ash …………………………………………………….. 9,9 %
Calcium …………………………………………………… 25
Carbon Dioxide ……………………………… 54 ml/100 ml
Chloride ………………………………………………… 155
Cholesterol ………………………………………………. 80
Citric Acid ……………………………………………… 376
Creatine ………………………………………………….. 20
Ergothioneine …………………………………………. Trace
Fructose …………………………………………………. 224
Glutathione ……………………………………………….. 30
Glycerylphorylcholine ………………………………… 54-90
Inositol ………………………………………………… 50,57
Lactic Acid ……………………………………………….. 35
Magnesium …………………………………………… 14
Nitrogen, nonprotein(total) …………………………… 913
Phosphorus,acid-soluble ……………………………….. 57
Inorganic ……………………………………………….. 11
Lipid ……………………………………………………. 6
Total (lipid) …………………………………………… 112
Phosphorylcholine …………………………………. 250-380
Potassium …………………………………………………. 89
Pyruvic Acid ……………………………………………… 29
Sodium ………………………………………………….. 281
Sorbitol …………………………………………………… 10
Vitamin B 12 …………………………………... 300-600 ppg
Sulfur ………………………………………….. 3 % (of ash)
Urea ……………………………………………………… 72
Uric Acid …………………………………………………. 6
Zinc ……………………………………………………… 14
Copper……………….………………………… 0,006-0,024
(Yatim, 1990)
BAB V
PENUTUP
1.
Spermatozoa tampak memiliki dua
bagian utama yakni kepala dan ekor.
2.
Dengan menggunakan mikroskop
electron bagian ekor dapat dapat dibagi atas bagian leher (neck piece), badan
(midlle piece), ekor utama (principal piece), dan ujung ekor (and piece).
3.
Spermiogenesis adalah suatu proses
dimana spermatic berdiferensiasi menjadi spermatozoa meliputi sejumlah
transformasi inti dan sitoplasma,dikenal sebagai spermiogenesis.
DAFTAR PUSTAKA
Benyamin Cummings. San Fransisco
Ganong, W. F, 1983. Fisiologi Kedokteran. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
Carlson, Bruce M.
2001 .Human Embryology and Developmental Biology 2nd Edition.Mosby Inc.,New York
DeCherney A.H., Polan, M.L., Lee,
R.D., Boyers, S.P. 1997.Seri Skema Diagnositis dan Penatalaksanaan
infertilitas. Binarupa Aksara.
Geneser F. 1994.Histologi dan Biologi
Sel. (alih bahasa: Arifin Gunawijaya ) Binarupa Aksara. Jakarta.
Guyton AC. 1997.Fisiologi Kedokteran.
(Alih bahasa: Adji Dharma dan P. Lukmanto) EGC. Jakarta.
Junqueira LC & J Carneiro 1998.
Histologi Dasar (Alih bahasa; Jan Tambayong). Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Mitchell D Kaplan dan Bruce J Baum,
2005. The Function Of Sperma. Med. Vol 8. Numb 3. Springer Journal. New York.
Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam Piaraan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Wiknjosastro H, Saifudin AB,
Rachimhadhi T, 1999.Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.
Referensi Jurnal
Pratiwi, W. C., L. Affandhy, dan D.
Pamungkas. 2005. Observasi Kualitas Spermatozoa Pejantan Simmental dan PO dalam
Straw Dingin Setelah Penyimpanan 7 Hari pada Suhu 5°C. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005. hal 200-205
Siciliano, L., V. Marciano, A.
Carpino. 2008. Prostasome- Like Vesicles Stimulate Acrosome Reaction of Pig
Spermatozoa. Reproductive
Biology and Endocrinology, 6:5